Kamis, 29 Desember 2011

Kebudayaan Gorontalo

Disusun oleh :
Annisa Ayu Widyasari (13509769)
Faniardhiny B (14509040)
Feliane Hoariska Rahim (10509391)
Ria Widi Astuti (10509341)
Usber Fransiskus Manurung (16509974)
Yuliana Hutasoit (15509521)




DAFTAR ISI

Daftar Isi……………………………………………………………………………… i

BAB I
Pendahuluan…………………………………………………………………………… 1
a. Latar Belakang Masalah………………………………………………1
b. Fenomena………………………………………………………………........1
c. Tujuan Penelitian………………………………………………………….1
d. Metode Penelitian………………………………………………………….1
Bab II
Tinjauan Pustaka……………………………………………………………………….....2
A. Pengertian Kebudayaan…………………………………………………2
B. Sejarah Gorontalo………………………………………………………… 2
C. Pengertian Dayango……………………………………………………….5
Bab III
Hasil……………………………………………………………………………..............7
Kesimpulan………………………………………………………………….............8
Lampiran……………………………………………………………………………...........9
Daftar Pustaka………………………………………………………………………......ii



BAB I
Pendahuluan

a. Latar Belakang Masalah
Gorontalo merupakan salah satu provinsi di wilayah Republik Indonesia yang memanjang dari Timur ke Barat di Bagian Utara Pulau Sulawesi. Dalam makalah ini Kami akan mengulas sedikit sejarah dari Kebudayaan Gorontalo kemudian gambaran dari sistem pemerintahannya serta kebiasaan atau acara adat yang biasa dilakukan oleh penduduk Gorontalo. Namun Kami akan lebih memperdalam pembahasan mengenai adat istiadat dari Kebudayaan Gorontalo khusunya mengenai Dayango.

b. Fenomena
Menjelaskan apa itu dayango, mengapa dayango itu bias terjadi dan bagaimana terjadinya dayango.

c. Tujuan Penelitian
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan kepada para pembaca agar dapat menambah wawasan dan lebih mengetahui tentang tradisi di Gorontalo yaitu Dayango. Dalam makalah ini menjelaskan mengenai bagaimana Dayango dapat terjadi dan bagaimana Dayango tidak lagi dilestarikan pada saat ini.

d. Metode Penelitian
Metode penelitian yang kami gunakan dalam makalah ini adalah Metode Penelitian Kualitatif



BAB II
Tinjauan Pusataka

A. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

B. Sejarah Gorontalo
Gorontalo seperti daerah lainnya di Indonesia pernah lama dijajah oleh Belanda akan tetapi lebih dahulu merdeka ketimbang Indonesia. Gorontalo merdeka pada tahun 1942 ketika penjajah Belanda digantikan oleh Jepang.
Pra-Kolonial
Menurut sejarah, Gorontalo merupakan salah satu kota tua di Sulawesi selain Kota Makassar, Pare-pare dan Manado. Gorontalo pada saat itu menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Indonesia Timur yaitu dari Ternate, Gorontalo, Bone. Seiring dengan penyebaran agama, Gorontalo juga menjadi pusat pendidikan dan perdagangan masyarakat. Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan karena letaknya yang strategis.
Dengan letaknya yang stategis Gorontalo menjadi pusat pemerintahan yang disebut dengan Kepala Daerah Sulawesi Utara Afdeling Gorontalo. Sebelum masa penjajahan keadaaan daerah Gorontalo berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut hukum adat ketatanegaraan Gorontalo.

Zaman Kolonial
Pada tahun 1889 sistem pemerintahan kerajaan dialihkan ke pemerintahan langsung yang dikenal dengan istilah "Rechtatreeks Bestur". Pada tahun 1911 terjadi lagi perubahan dalam struktur pemerintahan Daerah Limo lo pohalaa dibagi atas tiga Onder Afdeling.

Pasca-Kolonial
Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, rakyat Gorontalo dipelopori oleh Bpk H. Nani Wartabone berjuang dan merdeka pada tanggal 23 Januari 1942. Selama kurang lebih dua tahun yaitu sampai tahun 1944 wilayah Gorontalo berdaulat dengan pemerintahan sendiri.

Agama
Orang Gorontalo hampir dapat dikatakan semuanya beragama Islam (99 %). Islam masuk ke daerah ini sekitar abad ke-16. Ada kemungkinan Islam masuk ke Gorontalo sekitar tahun 1400 Masehi (abad XV), jauh sebelum wali songo di Pulau Jawa, yaitu ditandai dengan adanya makam seorang wali yang bernama ‘Ju Panggola’ di Kelurahan Dembe I, Kota Barat, tepatnya di wilayah perbatasan Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo.

Seni & Budaya
Gorontalo sebagai salah satu suku yang ada di Pulau Sulawesi memiliki aneka ragam kesenian daerah, baik tari, lagu, alat musik tradisional, adat-istiadat, upacara keagamaan, rumah adat, dan pakaian adat. Tarian yang cukup terkenal di daerah ini antara lain, Tari Bunga, Tari Polopalo, Tari Danadana, Zamrah, dan Tari Langga. Sedangkan lagu-lagu daerah Gorontalo yang cukup dikenal oleh masyarakat Gorontalo adalah Hulandalo Lipuu (Gorontalo Tempat Kelahiranku), Ambikoko, Mayiledungga (Telah Tiba), Mokarawo (Membuat Kerawang), Tobulalo Lo Limuto (Di Danau Limboto), dan Binde Biluhuta (Sup Jagung). Alat musik tradisional yang dikenal di daerah Gorontalo adalah Polopalo, Bambu, dan Gambus (berasal dari Arab).

Rumah Adat
Gorontalo memiliki rumah adatnya sendiri, yang disebut Bandayo Pomboide dan Dulohupa.

Bahasa Daerah
Orang Gorontalo menggunakan bahasa Gorontalo, yang terbagi atas tiga dialek, dialek Gorontalo, dialek Bolango, dan dialek Suwawa. Saat ini yang paling dominan adalah dialek Gorontalo.

Pakaian Adat
Gorontalo memiliki pakaian khas daerah sendiri baik untuk upacara perkawinan, khitanan, baiat (pembeatan wanita), penyambutan tamu, maupun yang lainnya. Untuk upacara perkawinan, pakaian daerah khas Gorontalo disebut Bili’u atau Paluawala. Pakaian adat ini umumnya dikenal terdiri atas tiga warna, yaitu ungu, kuning keemasan, dan hijau.

Pernikahan Adat
KERAGAMAN budaya Indonesia salah satunya terlihat pada prosesi atau adat pernikahan yang berbeda-beda. Provinsi Gorontalo sendiri memegang tradisi yang bernapaskan ajaran Islam.
Penduduk Gorontalo sebagian besar memeluk agama Islam. Adat istiadatnya sangat dipengaruhi ajaran dan kaidah Islam. Oleh karenanya, masyarakat Gorontalo memegang teguh semboyan adapt “Adati hula hula Sareati - Sareati hula hula to Kitabullah” yang artinya,” Adat bersendikan syara, syara bersendikan Kitabullah”.
Prosesi pernikahan dilaksanakan menurut upacara adat yang sesuai tahapan atau lenggota lo nikah.

C. Pengertian Dayango
Salah satu adat kebudayaan dari Gorontalo. Merupakan ritual adat yang dilakukan oleh suku Gorontalo. Ritual adat ini bermaksud untuk memberikan persembahan kepada Tuhan, yang dipercaya oleh suku Gorontalo sebagai Tuhannya. Ritual ini dilakukan oleh suku Gorontalo sebelum agama Islam masuk ke Gorontalo. Saat itu orang Gorontalo sudah percaya kepada Tuhan, hanya saja mereka bahwa Tuhan itu terdiri dari berbagai-bagai macam. Misalnya, Tuhan batu, Tuhan angin, Tuhan laut, dan sebagainya.
Yang paling dijadikan nomor satu bagi suku Gorontalo adalah Tuhan laut, karena mereka hidup dengan air, misalnya memakan ikan dari laut, hujan dan sebagainya. Jadi suku Gorontalo kerap kali memberikan persembahan kepada laut, tiap kali masyarakat merasa bahwa laut sedang meminta persembahan, misalnya saat ada badai, atau hujan besar dan kemarau. Suku Gorontalo percaya bahwa laut sedang marah dan meminta persembahan saat itu.
Dayango sendiri berarti sesajen atau persembahan. Persembahan yang merupakan sumbangan dari masyarakat itu ditaruh dalam baki yang besar atau dengan pelepah pisang.
Dalam prosesinya, para orang Gorontalo yang memberikan persembahan itu menari-nari bersama dengan ritme tertentu dan sambil mengucapkan mantera-mantera dalam bahasa Gorontalo, yang merupakan doa dan harapan mereka, lalu mereka menari sambil mengelilingi persembahan mereka tersebut dengan maksud mengundang roh para leluhur. Jadi ketika mereka sedang menari, ada beberapa yang mengalami kerasukan, jika sudah banyak yang kerasukan, maka sesajen itu ditaruh di atas perahu. Biasanya sesajen ditaruh di sungai bagian hulu, lalu selama mengalir sampai ke hilir atau ke laut, mereka menari-nari di pinggir sungai mengawal sesajen tersebut. Sesajen dilepas di laut dan mereka berharap agar keinginan mereka terwujud, bila tidak terwujud mereka akan melakukan Dayango sampai berulang-ulang, biasanya mereka akan menunggu sampai 7 hari, bila tidak terwujud akan dilakukan lagi Dayango, dan mereka juga mengganti penari-penari yang ada.
Di atas merupakan salah satu contoh Dayango yang dilakukan untuk Tuhan laut, selain untuk Tuhan laut, Dayango juga dilakukan untuk Tuhan lain, misalnya Tuhan angin, batu, tanah dan sebagainya.
Dayango terus dilakukan sampai akhirnya agama Islam masuk ke Gorontalo. Sejak Islam masuk hal-hal adat yang tidak sesuai dengan syariat Islam dibatalkan atau tidak diijinkan dilakukan lagi.



BAB III
ANALISA PENELITIAN

Dari teori yang didapat dan wawancara yang dilakukan, kami mendapatkan hasil bahwa Dayango merupakan salah satu adat di masa lampau jauh sebelum agama Islam masuk yang dipercayai oleh masyarakat Gorontalo sebagai suatu prosesi dalam memenuhi berbagai macam keinginan masyarakat Gorontalo, misalnya ingin air hujan di musim kemarau, keberhasilan panen, menghentikan bencana alam, dan sebagainya.
Masyarakat Gorontalo merupakan tipe suku yang sangat memegang teguh adatnya, mereka tidak akan melepaskan adat tersebut bahkan bila diperintah oleh Negara sekalipun, kecuali bila ada kepercayaan atau keyakinan baru yang mereka percayai.
Saat ini Dayango tidak lagi dilakukan oleh suku Gorontalo, dikarenakan mereka sudah mengenal Agama, yang hampir sebagian besar mempercayai agama Islam, karena agama Islam merupakan agama pertama yang masuk ke dalam Gorontalo. Mereka meyakini Islam dengan dalam, karena itu Dayango tidak lagi mereka lakukan.



KESIMPULAN

Sebenarnya Gorontalo bukanlah suatu kultur, Gorontalo merupakan gabungan dari berbagai suku, jadi Gorontalo merupakan hasil dari asimilasi atau percampuran dari berbagai budaya, salah satunya Hindu, maka yang datang ke Gorontalo juga adalah kebudayaan hindu yang pemula, ada yang dari Melanesia, ada yang dari Thailand, Ternate, dan Gowa. Kemudian kesimpulan berikut kultur Gorontalo itu tidak akan mati begitu saja bahkan bila dipaksa oleh negara, dia akan mati kecuali sudah ada budaya baru yang merasuk kehati dari setiap penduduk.
Salah satu kebudayaan yang dipercaya secara melekat oleh masyarakat Gorontalo adalah Dayango. Dayango sendiri berarti sesajen atau persembahan, suatu prosesi adat yang dilakukan untuk meminta suatu keinginan yang diinginkan oleh masyarakat tersebut.



LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA(VERBATIM)
A. Identitas Subjek
Nama (Inisial) : Elnino M. Husein Mohi
Jenis Kelamin : Pria
Usia : 37 tahun
Pekerjaan : Anggota DPD-RI
Pendidikan : S2
Alamat : Jl. Barito No 38 Bulotadaa Timur, Kota Utara Gorontalo
B. Hasil Wawancara
Tanya: Selamat Pagi Kak Ninong maaf pagi-pagi sudah mengganggu
Jawab: Iya pagi
Tanya : Apa sih kebudayaan Dayango itu sendiri?
Jawab : Jadi Dayango ini bukan berarti kaya dayang, dia adalah 1 kata eee saya lupa, apa namanya, akar katanya, yang berarti adalah, artinya itu adalah, eee... Sesajen, atau sesembahan gitu, prosesi sesembahan untuk Tuhan laut, gitu.
Tanya : Mengapa kebudayaan Dayango menjadi kebiasaan bagi rakyat Gorontalo?
Jawab : karena waktu itu belum adanya agama di gorontalo rakyat masih mempercayai agama itu adalah adat, oleh karena itu mereka menganggap tuhan itu adalah hal-hal seperti tuhan laut,tuhan batu,tuhan langit,dan lain-lain,makanya dayango inilah yang menjadi kebiasaan atau kepercayaan semua rakyat disana sebelum masuknya agama islam dan akhirnya Terus lah proses dayango ini ada sampai islam masuk pada tahun 1512.
Tanya : Sejarah bisa ada kebudayaan Dayango gimana?
Jawab : Suku Gorontalo itu adalah hasil dari penyatuan berbagai suku, dan karena itu secara genetik, orang Gorontalo pasti unggul. Nah, berbagai, emm.. Suku itu, datang ke Gorontalo, jadi 1, lalu, agamanya kan apa? Kan gitu.. Agamanya bercampur kepercayaan ini. Ada yang dari agama yang macam-macam itu, tapi yang jelas Islam enggak. Lalu, (subjek sibuk dengan urusannya)
Eh, sampe dimana tadi?
Nah, jadi belom ada agama-agama yang kita tau ini. Belom ada agama-agama waktu itu di Gorontalo pada taun 1300an. Jadi disana berkembanglah berbagai kepercayaan yang berasal dari suku-suku termasuk misalnya kepercayaan yang disebut dengan kalo istilah orang biasa animisme. Animisme ini berasal dari berbagai suku yang datang itu, dia menjadi ditinggalkan oleh generasi ke generasi. Pada tahun 1200an sampai tahun 1300an, munculah bahasa Gorontalo karena sudah menyatu. Itulah, apa namanya eeee, kepercayaan yang disebut dengan Kepercayaan Adati. Adati itu bukan, sebenarnya bukan bermakna adat, gitu. Adat itu dulu adalah agamanya orang-orang Gorontalo dimasa Islam belum masuk, agama yang besar, agama yang pertama kali masuk ke Gorontalo itu kan Islam itu pada tahun 1500, nah.. 1512. Jadi baru mau 500 taun ini taun 2012 ini. Nah, pada tahun 1512 Islam baru masuk, sebelum itu Gorontalo nggak kenal Islam, yang orang Gorontalo kenal itu dari berbagai suku-suku ini yang sudah menjadi 1 suku itu adalah EYA, Eya yang berarti Tuhan, yang Tuhan itu hanya 1. .........?? Tuhan yang 1 itu, aaa apa namanya, emm bahasa Indonesianya manifestasi. Iya, manifestasi Tuhan yang 1 itu ada banyak, gitu. Nah kalo di Islam kan ada yang disebut dengan 99 nama dan 22 sifat, ya arrahman, rohim, kan begitu. Nah, kalo ini dia seakan-akan menjadi Tuhannya banyak, gitu. Sesat mereka ini, walaupun mereka percaya pada 1 Tuhan, tapi seakan-akan Tuhannya banyak, ada Tuhan batu, animisme jadinya kan? Ada Tuhan pohon, ada Tuhan orang, ada Tuhan.. Eee.. Kalo misalnya dulu ada sandal, kira-kira ada Tuhan sandal waktu itu.. Cuma belum ada sandal waktu itu, hhahaha... Ada Tuhan laut, aaa. Nah jadi, untuk eee mensejahterahkan dia punya kehidupan, maka kan harus ada restu dari Tuhan. Ya kan? Nah, eee banyak cara untuk penyembahan, kira-kira seperti agama Hindu, ya persembahan-persembahan kaya gitu lah. Nah, budaya Hindu itu lah yang masuk ke Gorontalo sifatnya? Jadi kaya gitu.
Nah, lalu aaa... Sebenarnya itu persembahan untuk Tuhan, nah salah satu yang paling menonjol di Gorontalo itu adalah Tuhan laut. Ah, saya sudah lupa apa namanya Tuhan laut itu. Nah, emm Tuhan laut ini, kenapa Tuhan laut menjadi penting, karena waktu itu, ya mereka kan hidupnya cuma dari 2 kan, dari buah-buahan yang tumbuh, yang dipetik dan dari ikan yang ada di air, di laut, di danau, gitu. Nah, yang paling besar kan laut tuh, jadi mereka ingin memberikan persembahan yang terbaiknya kepada Tuhan laut. Nah, Tuhan laut ini, apa namanya, eee dianggap meminta sesembahan atau sesajen, dianggap meminta sesajen, gitu. Jadi itu dianggap ya? Dianggap meminta sesajen ketika terjadi misalnya ombak laut yang gede, eee lalu atau hujan yang sangat keras, karna orang Gorontalo tau bahwa air hujan itu berasal dari laut, baru apalagi ya.. Eee kemarau yang panjang, itu akhirnya mereka juga meminta hujan, karna hujan itu dari laut juga, gitu.
Nah, eee untuk persembahan kepada Tuhan laut itu, maka munculah ritual yang disebut dengan DAYANGO.
Tanya: Dikenal sejak kapan Dayango oleh rakyat Gorontalo?
Jawab: Sebelum tahun 1512 karena di tahun itulah agama Islam baru masuk
Tanya: Proses Dayango itu sendiri gimana?
Jawab: Jadi rakyat itu, di... Apa namanya, di... Diajak menari, menari dengan eee... Apa namanya, ritme tertentu, sambil berkeliling, gitu. Diajak menari dengan ritme tertentu, ada mantra-mantranya eee, sebenarnya itu doa, gitu, dalam bahasa Gorontalo, lalu kira-kira prosesnya itu seperti eee, jadi berkeliling gitu, jadi kaya Afrika gitu, dia berkeliling, mengelilingi persembahan ini.misalnya meminta ujan maka diambil lah sesajen sumbangan dari seluruh rakyat yang ada di kumpul dan diletakkan di pelepah pisang atau hupato,dimana itu pelepah daun biasanya ada makanan atau buah-buahan.menari dan membaca matra bertujuan untuk memanggil roh para leluhur mereka percaya untuk mencapai tuhan harus ada bantuan para leluhur sehinggah ada salah satu dari mereka atau beberapa orang kerasuka atau bahasa gorontalonnya ilotuanga yang artinya terisikan dimana roh tersebut masuk ke tubuhnya kemudian mengangkat sesajen tersebut ke perahu lalu dihanyutkan disungai sambil menari hinggah ke muara laut untuk disembahkan ke tuhan laut.
Tanya: apa proses dayango ini masih terus ada sampai sekarang?
Jawab : proses tersebut masih ada hanya saja orang-orang tertentu saja yang masih tetap percaya dengan adat tersebut karena emang adat itu dianggap agama makanya itu sudah jadi kepercayaan walaupun mereka mempunyai agama.
Tanya: Oh…begitu baiklah kalau begitu terima kasih ini atas waktunya maaf telah mengganggu waktu bapak.
Jawab: Iya sama-sama



DAFTAR PUSTAKA

Dewaarka (2009). “Kebiasaan Hidup Bermasyarakat Suku Gorontalo”. pp.http://dewaarka.wordpress.com/2009/11/24/kebiasaan-%E2%80%93kebiasaan-hidup-bermasyarakat-suku-gorontalo/. Diakses tanggal : 18-12-2011.
___. “Gorontalo”. http://id.wikipedia.org/wiki/Gorontalo. Diakses tanggal : 19-12-2011.
Christopel Paino. “Dayango Dilarang Banjir pun Datang”. http://www.lenteratimur.com/dayango-dilarang-banjir-pun-datang/. Diakses tanggal : 19-12-2011.
____. “Agama, Seni, dan Budaya”. http://www.gorontalo-info.20megsfree.com/asb.html . diakses tanggal : 8 – 12-2011
Ernowo, Pasha. “Menyibak Prosesi Pernikahan Adat Gorontalo”. http://travel.okezone.com/read/2011/05/13/408/456698/menyibak-prosesi-pernikahan-adat-gorontalo tanggal : 19- 12-2011

Sabtu, 10 Desember 2011

Laporan Tugas Softskill : Psikologi Lintas Budaya

Nama : Annisa Ayu Widyasari
NPM : 13509769
Kelas : 3PA01
Suku : Gorontalo

Kelompok kami memilih suku Gorontalo sebagai tema makalah kali ini. Kami juga sepakat untuk membahas mengenai Budaya yang ada pada suku Gorontalo.
Selain itu, Kami semua juga sudah pergi ke TMII (Taman Mini Indonesia Indah) untuk lebih melengkapi bahan-bahan kami. Saya pergi kesana dengan semua anggota kelompok saya dengan beberapa teman yang berbeda kelompok. Kami mempunyai tujuan yang sama yaitu melihat masing-masing rumah adat beserta isinya sesuai dari suku masing-masing kelompok yang sudah dipilih untuk tema makalah ini. Tetapi, sesampainya disana ternyata rumah adat Gorontalo sedang ditutup sehingga kelompok kami tidak bisa mendapatkan informasi disana. Oleh karena itu, saya dan kelompok saya hanya berkeliling melihat rumah adat yang lain.
Dengan adanya hambatan dalam proses pengambilan data di TMII (Taman Mini Indonesia Indah) kami pun akhirnya sepakat untuk mencari bahan-bahan mengenai Budaya di Gorontalo melalui internet. Saya pun sudah mendapat beberapa budaya dari gorontalo seperti bagaimana jalannya proses pernikahan dalam adat gorontalo, bahasa daerah, pakaian adat, dan lain sebagainya.
Kelompok Kami juga sudah mendapatkan subjek 1 orang dari salah seorang orangtua dari teman kami. Jadi, sejauh ini proses pengerjaan baru dalam tahap pencarian data oleh setiap anggota dan Rencananya minggu depan kami akan melakukan kerja kelompok yang lebih intensif dari sebelumnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Selasa, 04 Oktober 2011

Review Kebudayaan Indis

Nama Kelompok
Alia Rizki Fauziah (11509202)
Annisa Widyasari (13509769)
Filiane Hoariska Rahim(10509391)
Ria Widi Astutie(10509341)
Walid Khairimas (16509505)
Yuliana Hutasoit(15509521)



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehinggah kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang berisi Review Buku berjudul “Kebudayaan Indis” yang alhamdulilah tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat bertujuan untuk memperluas pengetahuan pembaca maupun kami sebagai penyusun tentang psikologi lintas budaya,entosentrisme dalam Psikologi,transmisi budaya dan perkembangan individu dan semua hal yang berkaitan dengan kebudayan indis, yang kami susun dengan mengamati dari beberapa sumber. Kami mencoba memaparkan kandungan-kandungan dari kebudayaan indis secara menyeluruh, meskipun demikian kami menyadari masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar bisa menjadi pelajaran dan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada dosen psikologi lintas budaya yang telah memberi kesempatan untuk membuat makalah ini dan kepada teman-teman yang telah mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya demi menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunana makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.


Penyusun




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...ii
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………………………..1
BAB II. PEMBAHASAN………………………………………………………………………2
2.1 Tinjauan Pustaka…………………………………………………………………………….3
2.2 Pembahasan……………………………………………………………………………….....4
BAB III. PENUTUP…………………………………………………………………………...14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………. 15
LAMPIRAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Psikologi lintas-budaya merupakan kajian mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Psikologi lintas-Budaya mengarahkan perhatian pada dua hal pokok: keragaman perilaku manusia di dunia dan kaitan antara perilaku terjadi, ini relatif sederhana dan memunculkan banyak persoalan.

1.2 Tujuan
Tujuan makalah ini adalah menyempuranakan tugas mata kuliah psikologi lintas budaya dan memperluas pengetahuan tentang kebudayaan indis




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka
1. Psikologi
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya. Menurut asalnya katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: (Psychē yang berarti jiwa) dan (-logia yang artinya ilmu) sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa dan prilaku yang penerapannya pada manusia dan hewan.
2. Psikologi Lintas Budaya
kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan di antara ubaha psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.
3. Etnosentrisme
Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai suatu yang prima, terbaik, mutlak, dan dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk menilaidan membedakannya dengan kebudayaan lain.
4. Enkultrasi
Proses dimana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka.
5. Konformitas
Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial saat individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada.
6. Kognisi Sosial
bahwa proses belajar akan terjadi jika seseorang mengamati seorang model yang menampilkan suatu perilaku dan mendapatkan imbalan atau hukuman karena perilaku tersebut.
7. Nilai-nilai
Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.
8. Intelegensi
Intelegensi adalah keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Minat terhadap intelegensi sering kali difokuskan pada perbedaan individual dan penilaian individual.
9. Estetika
Estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.
10. Persepsi Pola dan Gambar
Persepsi mengenai sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka terhadap pola dan gambar guna memberikan arti bagi lingkungan mereka
2.2 Pembahasan
1. Etnosentrisme
Semua artefak kebudayaan seperti monografi, kesusteraan, kisah perjalanan, lukisan, foto, sketsa, artefak, dan seni bangunan indis dapat menunjukan kemampuan segolongan masyarakat Indonesia dalam mengambil unsur-unsur budaya asing tanpa meninggalkan budaya tradisionalnya.
2. Transmisi budaya dan perkembangan individu
Kehadiran berbagai bangsa di Kepulauan Nusantara memperkaya kebudayaan Indonesia. Kehadiran bangsa Eropa, khususnya Belanda, yang kemudian menjadi penguasa, menimbulkan kebudayaan campuran yang disebut kebudayaan Indis.
3. Awal Perkembangan dan Pengasuhan
Sebelum melahirkan, keluarga Indis yang mampu sudah menyiapkan baju kanak-kanak, ranjang untuk si bayi, kelengkapan persalinan dan ruang tidur bayi. Upacara penting setelah kelahiran adalah pemberian nama dan upacara pembaptisan di gereja. Orangtua dapat juga memanggil atau mengundang pendeta untuk membaptis si anak di rumah.
4. Enkulturasi dan Sosial
Pembuatan rumah di Batavia kuno tidak sepenuhnya tepat seperti berbentuk tempat tinggal rumah Belanda kuno di negeri induknya. Melainkan sudah adanya percampuran antara seni bangunan Barat dengan lingkungan dunia Timur yang sangat asing. Bentuk jendela ditutup rotan yang dianyam. Cara ini semula diperoleh dari bangsa Portugis dengan meniru karya orang Pribumi. Penggunaan anyaman rotan sebagai penutup jendela semacam ini merupakan suatu kompromi antara bentuk jendela terbuka dengan terali dari besi batangan dan bentuk tertutup yang menggunakan petak-petak kaca. Rumah-rumah Belanda di Batavia ditunjukkan dengan adanya telundak (stoep) untuk hubungan antartetangga yang pada masa dulu mempunyai arti sosial penting. Telundak digunakan sebagai tempat bertemunya antarkeluarga dan tetangga pada sore atau malam hari, mereka bergerombol berdatangan untuk merokok dengan pipa cangklong, atau minum-minum, dan makan-makanan kecil.
5. Perkembangan Moral
Kehidupan masyarakat Hindia Belanda umumnya terpisah dalam kelompok-kelompok dengan batas-batas yang ketat. Batas-batas tersebut antara lain warna kulit, kelas sosial serta asal keturunan. Ada kelas majikan yang berkulit putih dan pekerja atau budak yang berwarna. Selain itu dalam lapangan kerja seks, lazim para pejabat pemerintahan memiliki dan memelihara nyai atau gundik yang dapat diambil dari anak atau isteri kuli pekerja atau dari kampong orang pribumi.
6. Konteks Sosial
Hasil budaya dari masa Hindia Belanda oleh sebagian orang ada yang dianggap sebagai suatu yang negative, misalnya: merendahkan derajat orang kulit berwarna, bahkan mendidik jiwa menjadi feudal dan sempit. Gaya hidup golongan masyarakat pendukung kebudayaan indis menunjukkan perbedaan mencolok dengan kelompok-kelompok sosial lainnya, terutama dengan kelompok masyarakat tradisional jawa. Kehidupan sosial dan ekonomi yang rata-rata lebih baik dibandingkan dengan kehidupan sosial masyarakat Pribumi pada umumnya,memungkinkan mereka memiliki rumah tinggal berukuran besar yang bagus didalam kompleks yang wilayah khusus pula. Salah satu faktor yang menjadi petunjuk utama status seseorang ialah gaya hidupnya, yaitu berbagai tata cara, adat-istiadat serta kebiasaan berperilaku, dan mental sebagai ciri golongan sosial indis.
7. Konformitas
Tentang ragam hias dan seni ukir, keterangan residen Pekalongan yang dikutip Rouffaer pada 1891 ini sangat menarik
”Seni ukir kayu dipekalongan mundur karena orang Pribumi beralih pandangan. Mereka tidak lagi menggunakan ukir kayu untuk menghias bangunan rumahnya, tetapi membangun rumah-rumahnya dari batu dan beratap genteng, atau mengumpulkan uangnya untuk membangun rumah batu. Mereka juga belajar dari orang Eropa tentang berbagai hal, antara lain sering bepergian naik dos a dos, membeli lampu gantung dan sebagainya yang dulu tidak dikenalnya. Dalam hal membangun perumahan, mereka ada kemajuan tetapi tidak demikian halnya dalam karya seni.” Hal ini dikarenakan masyarakat Pribumi yang ikut-ikutan menggunakan gaya kehidupan ala Eropa, sehingga mereka bisa dikatakan melakukan konformitas terhadap bangsa asing yang sebenarnya telah menjajah mereka.
8. Nilai-nilai
Perkembangan industri rupanya telah membuat keindahan karya seni bangunan jadi terlupakan. Ini diduga karena tidak adanya kontrol yang ketat pada kehidupan sosial manusia kala itu, sehingga banyak arsitek tidak lagi terbiasa menerapkan ragam hias pada bangunan. Masalah ini terjadi karena adanya perubahan cara pandang terhadap nilai-nilai yang ada dimasyarakat. Masyarakat Indis sangat memuja gaya hidup mereka, sehingga jangan heran apabila menemukan bangunan yang mewah dan megah yang dihiasi dengan ornamen-ornamen yang sangat menawan. Ini dikarenakan dalam membangun tempat tinggalnya, kenyamanan, kekuatan, dan keindahan bangunan sangat mereka perhatikan. Tidak mengherankan apabila sampai sekarang karya-karya arsitektur Indis tetap kokoh berdiri walaupun telah melewati usia lebih dari satu abad. Dan yang lebih mengesankan adalah bangunan tersebut tetap serasi bersanding dengan bangunan-bangunan modern yang berdiri disekitarnya.
Pada masa kejayaan VOC dan Pemerintahan hindia belanda upacara kematian diselenggarakan dengan mewah dan menelan biaya sagat besar. Upacara yang berhubngan dengan kematian seorang pejabat tinggi justru merupakan ajang pamer kemewahan, kebesaran dan kemegahan. Bagi masyarakat Batavia, upacara kematian adalah upacara yang penuh gengsi dan kemegahan. Jasad orang yang meninggal dibaringkan di dalamnya dengan pakaian bagus beserta semua tanda kebesarannya. Surat kematian biasanya juga ditandai dengan hiasan pinggir warna hitam. Surat ini khusus untuk dikirim kepada sahabat kenalan di luar kota. Surat berita duka ini dicetak mewah, lebih besar ukurannya dan digunakan tinta emas untuk hiasan serta tulisan dengan ongkos cetak yang mahal. Peti jenazah dihias dengan sangat bagus, berupa hiasan ukiran dan tulisan indah berisi puji-pujian dengan hiasan lambing berwarna keperakan. Dan suatu keagungan bila pemakaman dilakukan pada saat hari sudah gelap. Iring-irngan pengantar jenazah datang di pekuburan pukul enam sore hari. Jumlah lilin dan obor kadang mencapai 130 buah sehingga member suasana megah, tetapi juga biaya yang besar.waktu itu harga lilin dan minyak cukup mahal. Setelah sampai di rumah duka, diadakan makan bersama untuk keluarga orang yang meninggal, terutama pemikul jenazah dan sanak saudara. Untuk tanda kasih kepada orang-orang yang ikut bersusah payah dalam upacara, keluarga orang yang meninggal member kenangan berupa kotak tempat tembakau dari perak bertuliskan nama orang yang meninggal . biaya pemakaman memang sangat besar, tapi pekaman mewah tetap diadakan demi citra seorang pejabat yang kaya.
9. Kognisi Sosial
Di indonesia, khususnya Jawa, hiasan dibagian atap rumah kurang mendapat perhatian, kecuali pada bangunan-bangunan peribadatan (masjid, gereja, pura dan candi). Pada bangunan rumah Eropa, hiasan kemuncak mendapat perhatian dan mempunya arti tersendiri, baik dari sudut keindahan, status sosial maupun kepercayaan
10. Perilaku Gender
Para perempuan indis sangat menggemari karya-karya sastera Indis (Indische belletries) pada masa kekuasaan Hindia Belanda sebagai bahan bacaan harian untuk mengisi waktu atau membunuh kejenuhan, khususnya bagi isteri pejabat yang sehari-hari mendampingi suami yang ditugaskan di pelososk kota yang sepi dan terpencil.
Pendidikan bagi anak –anak perempuan agaknya tidak terlalu jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Pendidikan Eropa kurang meresap dan dianggap kurang penting bagi anak-anak perempuan karena perempuan sekedar alat pendamping suami dalam bergaul dengan para pejabat Belanda, seperti waktu ada perjamuan, menerima tamu, dan sebagainya. Peran ibu sebagai pendidik anak-anak tetap dianggap penting meskipun banyak diserahkan kepada pembantu.
11. Ciri Sifat(traits) Antara Budaya
Ada perbedaan yang sangat menyolok antara rumah-rumah yang dibangun pada masa awal pemerintahan Hindia Belanda yang terdapat di dalam lingkungan Kastil Batavia dengan yang berada di luarnya. Kelompok perumahan yang berada di luar Kota Batavia disebut pesanggrahan atau landhuizen. Rumah tempat tinggal orang eropa di dalam kastil Batavia mempunyai susunan tersendiri yang secara umum mirip dengan yang terdapat di negeri asalnya. Sementara itu landhuizen atau rumah tinggal di luar kastil dibangun dengan lingkungan alam timur yaitu, Pulau Jawa. Orang yang lahir di Belanda sebenarnya membenci kebiasaan mandi setiap hari. Hal demikian itu juga berlaku bagi bangsa portugis, termasuk juga perempuannya, khususnya para nona. Untuk menggantikan mandi, mereka lebih senang mengenakan pakaian dalam yang tipis.
12. Perluasan Kesadaran (pengalam mistik, meditasi, hypnosis, trance, dsb)
Para sastrawan menceritakan kepercayaan tentang hal-hal gaib, tentang jin-setan, tenung, teluh, obat-obat yang dapat menimbulkan jatuh cinta dan sebagainya. Hal-hal tersebut diyakini kebenarannya oleh sebagian masyarakat pendukung kebudayaan Indis.
13. Intelegensi Umum
Pendidikan umum adalah alat penting untuk melatih seseorang agar dapat memegang suatu posisi jabatan dalam suatu status di masyarakat. Pendidikan juga digunakan sebagai kriteria pengangkatan suatu jabatan dalam pemerintahan maupun swasta. Penggajian seseorang juga didasarkan pada penyesuaian fungsi dan pendidikan. Singkatnya, pendidikan Barat merupakan daya tarik dan idaman sehingga orang menghargainya tanpa mengingat asal-usul seseorang.
14. Gaya Kognitif
Proses belajar dan penyampaian pengetahuan serta nilai-nilai secara turun- menurun, dari mulut ke mulut, berperan sangat penting. Setiap anggota masyarakat tunduk pada adat. Banyak peraturan dan kaidah-kaidah dalam masyarakat tradisional masih bercorak kaidah kesusilaan, kepercayaan, dan keagamaan. Adanya kaidah-kaidah tersebut menjadikan orang takut tertimpa akibat di dunia maupun di akhirat apabila melakukan pelanggaran.
15. Perkembangan Bahasa
Sejak akhir abad ke -18 sampai awal abad ke -20, bahasa melayu pasar mulai berbaur dengan bahasa Belanda. Pembauran ini berawal dari bahasa komunikasi yang digunakan oleh keluarga dalam lingkungan. “indische landshuizen”, yang selanjutnya digunakan oleh golongan indo-Belanda. Bahasa ini kemudian berkembang di Batavia. Ada dugaan, Pada awal abad ke ke-20, perkembangan bahasa melayu pasar sudah mantap. Bahasa Melayu pasar berawal dari bahasa komunikasi dalam lingkungan keluarga Indis, terutama yang tinggal di rumah-rumah pesanggrahan (Indische Landhuizen). Bahasa itu kemudian juga digunakan oleh golongan Indo-Belanda. Bahasa Melayu pasar, yang tumbuh di pinggiran Kota Batavia ini kemudian berkembang dan akhirnya diadaptasi sebagai bahasa komunikasi kaum Betawi sampai sekarang.
16. Universal Dalam Bahasa
Karya-karya sastera marjinal atau pinggiran semula menggunakan bahasa Melayu-Betawi karena memang diawali di Batavia. Kemudian, sastera semacam itu berkembang di daerah atau kota yang penduduk peranakan cinanya cukup banyak, seperti Surabaya, Semarang, dan Bandung. Sesuai dengan tempat surat kabar atau majalah itu terbit, yaitu di Surabaya dan semarang, bahasa Melayu bercampur dengan bahasa Jawa. Di Bandung bahasa poetjoek bercampur dengan bahasa Sunda. Karya-karya bahasa dan sastera marjinal bercirikan melayu betawi atau melayu Jawa, pada masa kemudian memang secara luas digunakan oleh keturunan Cina atau Indo-Belanda.
17. Bilingualisme
Kehadiran bangsa Belanda di Indonesia yang dilanjutkan dengan percampuran darah dan budaya, memunculkan sekelompok masyarakat yang berdarah campuran.
Anak-anak yang beribu Jawa dan berayah Belanda, biasanya lebih banyak menerima pengaruh budaya dari pihak ibu. Hal itu disebabkan karena mereka besar dalam lingkungan orang jawa, serta menyaksikan tingkash laku orang jawa. Di samping itu, anak-anak tersebut setiap hari juga mendengar bahasa Belanda dari ayahnya, tetapi mereka mengucapkan dengan lafal dan logat jawa. Sementar itu, sebagian anak-anak yang ibunya berkebangsaan Eropa atau Indo, mereka pun sehari-hari juga mendengar percakapan bahasa Jawa(misalnya dari para pembantu dan masyarakat sekelilingnya), yang kemudian dicampur dengan bahasa belanda berlafal Jawa.
18. Universalitas Emosi
Para penguasa yang merasa lemah terhadap saingannya sesama bangsa Pribumi, berusaha meminta bantuan pasukan Kompeni. Apabila berhasil, Kompeni mendapatkan imbalan berupa wilayah, atau sejumlah uang, fasilitas, dan sebagainya. Pada masa terjadinya perlawanan melawan Kompenidi berbagai tempat, juga diperlukan adanya pasukan atau serdadu sewaan, misalnya pada Perang Diponegro (1825-1830). Pemasok terbanyak untuk pasukan bayaran ini ialah dari jawa, disusul dari Maluku, Bali, dan Makassar. Dalam peristiwa tersebut Kompeni ikut campur atau diminta untuk ikut campur . keberhasilan penguasa Belanda dalam hal ini antara lain ialah keunggulan angkatan laut dan angkatan daratnya. Akibat adanya peperangan di berbagai tempat, Kompeni membutuhkan banyak serdadu. Selain serdadu Eropa, tenaga yang lazim dikerahkan adalah prajurit Pribumi, dan jumlah prajurit Pribumi lebih banyak dari pada Prajurit Eropa.
19. Emosi sebagai pernyataan budaya
Barang-barang karya seni rupa gaya Indis yang terdiri dari seni lukis, seni patung (relief) dan seni kerajinan, (termasuk seni jauhari, yaitu kerajianan membuat perhiasan dari emas, perak dan batu mulia) tidak banyak menjadi koleksi museum-museum di Indonesia. Akibatnya, cucu bangsa Indonesia kurang mengenal berbagai karya seni dan seni jauhari nenek moyangnya, khususnya dari masa abad ke-18 sampai dengan abad ke-20. Beruntung bahwa berbagai seni pertunjukkan (drama) dan seni music (seperti keroncong), tetap hidup dan berkembang.
20. Persepsi Pola dan Gambar
Arsitektur rumah tinggal merupakan suatu bentuk kebudayaan. Arsitektur sendiri dianggap sebagai perpaduan antara karya seni dan pengetahuan tentang bangunan. Dengan demikian, arsitektur juga membicarakan berbagai aspek tentang keindahan dan konstruksi bangunan. Arsitektur Indis merupakan asimilasi atau campuran dari unsur-unsur budaya Barat terutama Belanda dengan budaya Indonesia khususnya dari Jawa. Namun kebanyakan rumah dari bangsa pribumi terbuat dari bambu (gedheg), beratap daun pohon palem atau rerumputan (atep, welit) yang dikerjakan secara kasar, diantaranya bahkan tanpa serambi depan atau belakang. Perbedaan yang mencolok ini dapat disebabkan oleh penjajahan atau penghisapan habis-habisan oleh penjajah. Sedangkan Arsitektur Indis sebagai manifestasi dari nilai-nilai budaya yang berlaku pada zaman itu ditampilkan lewat kualitas bahan, dimensi ruang yang besar, gemerlapnya cahaya, pemilihan perabot, dan seni ukir kualitas tinggi sebagai penghias gedung.
Karya pelukis Basuki Abdullah penuh akan arti-arti simbolik yang dilukiskan pada 1935. Bunda Maria dilukiskan mengenakan pakaian seperti perempuan pribumi jawa pada umumnya, berbaju kebaya panjang dan kain batik bermotif parang rusak. Baju kebayanya berwarna gelap dan tertutup rapat, berhiaskan peniti bermata batu mulia yang mewah dan telinganya mengenakan subang Jawa yang besar dan bermata. Ia juga mengenakan kerudung dan semacam selendang yang dekoratif berploi-ploi dari kain sutra halus transparan menutupi kepalanya, seperti yang lazim dikenakan khususnya perempuan muslim di Jawa Tengah. Kepala dan tubuhnya dikelilingi sinar aureol berselang-seling, memusat ke arah bawah yang diberi warna gelap, kedua telapak tangan dikelilingi sinar terang. Kedua kakinya yang telanjang terletak di atas bulan sabit dengan sinar yang memancar kebawah. Menerangi pemandangan alam di bawahnya. Gambaran ini dimaksudnkan oleh pelukis sebagai wilayah Muntilan dan sekitarnya, tempat Pastor van lith dan Hoevenaars untuk pertama kali menanamkan ajaran katolik di wilayah itu.
21. Rekognisi
Mengenal kembali suatu hasil seni bangunan rumah dari masa silam yang umumnya sudah rusak merupakan hal yang menarik. Menarik karena materialnya yang lapuk dimakan jaman, diubah bentuknya atau dirombak karena tidak sesuai lagi dengan selera zaman, kecuali dari bangunan aslinya atau reruntuhan yang ada , dapat pula melalui benda-benda lain. Adapun benda-benda lain berupa karya lukis, karya sastra, foto gravir, sketsa, relief atau benda lain seperti maket yang dibuat oleh museum atau lembaga-lembaga penelitian. Sebagai contoh, tentang bentuk bangunan rumah Jawa zaman Majapahit atau zaman Jawa-Hindu, orang dapat melihatnya dari gambar relief candi atau hasil seni sastra seperti Nagara Kerta Gama yang ditulis oleh Mpu Prapanca. Di Candi Borobudur, Prambana dan Panataran terdapat relief yang menggambarkan bangunan rumah pada waktu itu. Galestien meneliti banguna rumah kayu dari relief candi di Jawa Timur. Dari masa Yunani dan Romawi kuno banyak ditemukan relief dan benda pecah belah seperti jambangan, guci, piring, cangkir dengan berhiaskan lukisan berwarna-warni. Selain lukisan yang menggambarkan kehidupan sehari-hari, benda keramik dari masa Yunani dan Romawi kuno ada juga yang berlukiskan bangunan umum dan lukisan rumah tinggal. Melalui karya seni lukis, Fotografi, relief dan karya sastra, kini orang dapat mengetahui hasil seni bangunan rumah dan perabot milik bangsa Belanda dan anak keturunannya di Indonesia.
22. Estetika-estetika Psikologis
Banyak orang Belanda dan Indo yang berkeinginan untuk dapat bernostalgia dan melihat kembali Hindia Belanda. bangunan-bangunan gaya Indis yang memiliki nilai historis, arkeologis, dan estetis serta mewakili zamannya, patut dilestarikan, diteliti, dan diselamatkan. Perabotan rumah tangga atau meubelair yang dibuat Hindia Belanda berbahan dasar kayu jati berkualitas baik, dengan ukiran motif bergaya Jawa, atau bercampur dengan motif bergaya eropa. Perabotan rumahtangga merupakan hasl karya para pemahat Jawa, antara lain dari Jepara, cirebon, Madura, Solo, dan Kudus. Sejak zaman prasejarah abad pertengah dan lasik, orang telah memberi orenamen atau ragam hias pada benda miliknya, seperti misalnya pada bejana, piring, meja, lemari dan sebagainya. Ragam hias yang biasa mereka buat adalah gambar tokoh, binatang ataupun manusia yang sedang tertawa, menyeringai da sebagainya. Gambar atau hiasan merupakan suatu ekspresi jiwa, yang kemudian menghiasi objek agar tampak indah, bernilai magis atau simbolik.
Beberapa abad lalu arsitektur Eropa identik dengan gaya Renaisans, Barok, Empire dan sebagainya. Gaya arsitektur tersebut banyak menerapkan ragam hias atau ornamen. Ragam hias dan ornamen memang mampu menonjolkan ekspresi alami pada bangunan. Dengan adanya ornamen, orang-orang yang melihatnya pun akan dapat merasakan keindahan. Rumah sebagai tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan hidup yang utama bagi manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Oleh sebab itu rumah dibutuhkan manusia bukan hanya sebagai tempat tinggal namun juga sebagai tempat berlindung dari ancaman alam.Dalam menempati suatu bangunan rumah, pemiliknya berusaha dan bertujuan untuk mendapatkan rasa senang, aman, dan nyaman. Untuk mendapatkan ketentraman hati dalam menempati bangunan rumah ini, orang berusaha untuk memberi keindahan pada bangunan tempat tinggalnya. Maka dipasanglah berbagi macam hiasan, baik hiasan yang kontruksional atau yang tidak.
23. Enkulturasi dan Sosialisasi
Masalah percampuran dua unsur budaya, khususnya seni dan agama, misalnya seperti yang terjadi di ganjuran, Yogyakarta. Gereja Ganjuran digunakan sebagai contoh karena memunculkan bentuk-bentuk sinkretisme Katolik (Barat) dan Budaya jawa. Tokoh yang bernama Dr. Joseph Schmutzer memegang peranan penting dalam usaha tersebut. Philip van Akheren, misalnya, menyebutkan bahwa keberhasilan sinkretisme mengakibatkan Gereja Kristen di Jawa dijadikan “ajang” kebudayaan jawa yang hendak mengadakan sosialisasi budaya dan agama. Greja mempertahankan budaya lokal jawa, antara lain gamelan untuk mengiringi upacara-upacara keagamaan, kidung-kidung Jawa, figur-figur raja jawa dalam pewayangan dalam berbagai atributnya yang dipadukan dengan figur-figur keagamaan Kristiani sebagai penggambaran visual tokoh suci agama Nasrani.
24. Nilai-nilai dan Motif kerja
Kebudayaan Indis ada yang secara positif berperan penting dalam perkembangan kebudayaan Indonesia modern, yaitu sistem pendidikan dan seni (seperti seni drama, seni musik), kebiasaan menghargai waktu, serta kemajuan berbagai bidang teknologi dan ilmu pengetahuan
Perkebunan kopi tepi jalan Tanggerang menuju Batu Ceper dibuat tempat pembudidayaan ulat sutra. Usaha ini diprakarsai oleh pemilik tanah Zwaadecroon. Kepompong ulat sutra yang merupakan bahan utama pembua kain sutra dihasilkan disini. Inilah pertama kali tercipta kain sutra di Hindia Belanda, yang kemudian terkenal di Eropa. Hal yang demikian semula belum pernah terjadi.
25. Ekologi, Populasi, dan Kesehatan
Orang Belanda juga telah memahami perlunya memperhatikan kesehatan dengan menyesuaikan diri terhadap alam Pulau jawa. Untuk melindungi dari panas, dibuat dinding tembok yang tebal dari batu alam atau batu bara. Untuk menangkal udara basah atau lembap, dibuat tempat tinggal bertingkat tinggi di atas permukaan tanah.
Pada rumah yang berukuran besar terdapat bangunan-bangunan samping yang digunakan untuk gudang, tempat menyimpan kayu bakar, tendon air minum, beras, minyak dan sebagainya. Biasanya bangunan rumah samping (bijgebouwen) bertingkat, ruang tingkat atas yang biasanya digunakan untuk tempat tinggal para budak, tidak dikenal di Belanda. Para budak tinggal diatas bangunan rumah samping. Mereka yang tinggal disini kesehatannya tidak terurus dengan baik. Hal demikian juga terjadi pada ruang-ruang pembantu di rumah induk milik penguasa Belanda yang juga jarang dijaga kebersihannya. Dengan tidk adanya saluran pembuangan limbah yang sulit diadakan mengakibatkan kesehatan yang buruk.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Psikologi Lintas Budaya adalah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan di antara ubaha psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.
Banyak sekali aspek-aspek dari psikologi lintas budaya yang berhubungan dengan kebudayaan indis. Dari segi alkulturime, bahasa, sikap kerja, kognisi sosial dan lain-lain.



DAFTAR PUSTAKA

www.wikepedia.com
Soekiman,Djoko.2011.Kebudayaan Indis.Komunitas Bambu:Jakarta.

Review Kebudayaan Indis

Nama Kelompok
Alia Rizki Fauziah (11509202)
Annisa Widyasari (13509769)
Filiane Hoariska Rahim(10509391)
Ria Widi Astutie(10509341)
Walid Khairimas (16509505)
Yuliana Hutasoit(15509521)

Minggu, 20 Maret 2011

Kepribadian sehat menurut Psikoanalisa dan Behavioristik

Menurut Paikoanalisa
•Keperibadian yang normal (sehat).
1) Kepribadian yang sehat menurut Freud adalah jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
2) Hasil dari belajar dalam mengatasi tekanan dan kecemasan.
3) Kesehatan mental yang baik adalah hasil dari keseimbangan antara kinerja super ego terhadap id dan ego. Prayitno

Menurut Behavioristik
Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS, merupakan lanjutan dari fungsionalisme.

Prinsip dasar behaviorisme:
1) Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
2) Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
3) Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
4) Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
5) Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
6) Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.

sumber :
http://falyhz.blogspot.com/2009/10/perbedaan-kepribadian-sehat-menurut.html
http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=84&Itemid=93

Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental

Zaman Prasejarah
Manusia purba sering mengalami gangguan mental atau fisik, seperti infeksi, artritis, dll.

Zaman peradaban awal
Phytagoras (orang yang pertama memberi penjelasan alamiah terhadap penyakit mental)
Hypocrates (Ia berpendapat penyakit / gangguan otak adalah penyebab penyakit mental)
Plato (gangguan mental sebagian gangguan moral, gangguan fisik dan sebagiaan lagi dari dewa dewa)

Zaman Renaissesus

Pada zaman ini di beberapa negara Eropa, para tokoh keagamaan, ilmu kedokteran dan filsafat mulai menyangkal anggapan bahwa pasien sakit mental tenggelam dalam dunia tahayul.

Era Pra Ilmiah
1.Kepercayaan Animisme
Sejak zaman dulu gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif, yaitu kepercayaan terhadap faham animisme bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang Yunani kuno percaya bahwa orang mengalami gangguan mental, karena dewa marah kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan kurban.

2.Kepercayaan Naturalisme
Suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam. Hipocrates (460-367) menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit. Dia mengatakan, Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat roh, dewa, atau hantu yang melukai badan anda.
Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat polotik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya dirantai, diikat ketembok dan tempat tidur. Para pasien yang telah di rantai selama 20 tahun atau lebih, dan mereka dianggap sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak lagi menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya.

Era Modern
Perubahan luar biasa dalam sikap dan cara pengobatan gangguan mental terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staf medis di rumah sakit Pensylvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunatics (orang gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyebab dan cara menyembuhkan penyakit tersebut. Akibatnya pasien-pasien dikurung dalam ruang tertutup, dan mereka sekali-kali diguyur dengan air.

Rush melakukan suatu usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut melalui penulisan artikel-artikel. Secara berkesinambungan, Rush mengadakan pengobatan kepada pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.

Pada tahun 1909, gerakan mental Hygiene secara formal mulai muncul. Perkembangan gerakan mental hygiene ini tidak lepas dari jasa Clifford Whitting Beers (1876-1943) bahkan karena jasanya itu ia dinobatkan sebagai The Founder of the MentalHygiene Movement.� Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.

Secara hukum, gerakan mental hygiene ini mendapat pengakuan pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani The National Mental Health Act., yang berisi program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat.

Bebarapa tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut meliputi
1.Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian, investigasi, eksperimen, penayangan kasus-kasus, diagnosis, dan pengobatan.
2.Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya.
3.Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental.
4.Mengembangkan dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental.

Pada tahun 1950, organisasi mental hygiene terus bertambah, yaitu dengan berdirinya National Association for Mental Health. Gerakan mental hygiene ini terus berkembang sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World Federation forMental Health dan The World Health Organization.

sumber :Syamsu Yusuf. 2009. Mental Hygiene. Bandung : Maestro

konsep sehat

Konsep sehat menurut saya bukan hanya sehat secara jasmani tetapi juga sehat secara rohani. Sehat secara rohani bisa diukur dari seberapa hati kita bisa sehat dari pikiran-pikiran negatif tertentu yang bisa mengakibatkan kita sakit hati karena adanya pikran-pikiran negatif itu.Untuk menghindari pikiran-pikiran negatif yang ada, kita bisa meningkatkan iman dan ketakwaan kita dengan mendekatkan diri pada yang Maha Kuasa. Dengan itu, kita lebih bisa mempunyai hati yang bersih dari pikiran-pikiran negatif dan kita juga bisa mendapatkan kesehatan. misalnya saat kita sanggup mengatasi masalah-masalah yang ada dengan pikiran positif dan bisa mengembangkan potensi diri untuk mencapai kebahagian yang baik. Jadi, mulailah dari sekarang kita belajar sehat bukan hanya secara jasmani tetapi juga sehat secara rohani dengan menjaga hati untuk tetap sehat dari pikiran-pikiran negatif.

Rabu, 05 Januari 2011

kerugian aktivasi otak tengah

Baru-baru ini di masyarakat dikejutkan dengan fenomena yang membuat orang merasa ingin tahu dan merasa gelisah. Yaitu beberapa anak-anak setelah myngikuti suatu pelajaran dan pelatihan khusus, dapat melihat benda sambil menutup mata, membaca tulisan dan bahkan bisa naik sepeda dengan mata tertutup.

Menyaksikan kemampuan ajaib itu, para orangtua pun banyak yang berkeinginan untuk mendaftarkan anaknya mengikuti pelatihan singkat dan mahal dengan memegang janji dari panitia pelatihan bahwa anak mereka akan menjadi lebih cerdas, bahkan jenius, hanya dalam beberapa hari.

Namun perlu diketahui bahwa hingga hari ini belum ada satupun publikasi ilmiah yang menyatakan bahwa aktivasi otak tengah meningkatkan kecerdasan manusia, apalagi meng-upgrade-nya menjadi jenius.

Sebaliknya penelitian beberapa ahli sudah membuktikan secara ilmiah bahwa aktivasi otak tengah bisa memberikan dampak buruk bagi fungsi organ tubuh, seperti penelitian Musa A. Haxiu & Bryan K. Yamamoto (2002) membuat suatu penelitian otak tengah pada 24 ekor musang jantan. Hasilnya aktivasi otak tengah di daerah periaquaductal gray (PAG) ternyata justru mengakibatkan otot-otot polos pernafasan mengalami relaksasi, sehingga mengganggu pernafasan hewan-hewan tersebut.

Begitu juga dengan penelitian Peter D. Larsen, Sheng Zhong, dkk. (2001) ada beberapa hal yang berubah karena aktivasi otak tengah, misalnya tekanan arteri utama (mean arterial pressure), aliran darah di ginjal (renal blood flow), aliran darah di daerah paha (femoral blood flow), persarafan daerah bawah jantung (Inferior cardiac), persarafan simpatis dan denyut jantung akan makin meningkat, sebaliknya tekanan darah justru turun, aktivitas persarafan di daerah tulang belakang juga turun. Peningkatan tekanan arteri, aliran darah ginjal dan paha tersebut bisa mencapai 328%.

Tulisan Hugo D. Critchley, Peter Taggart dkk. (2005) membuat kita lebih terperangah lagi, karena ternyata induksi lateralisasi pada aktifitasi otak tengah dapat mengakibatkan mental stres, serta berbagai stres lain yang akan memicu gangguan irama jantung dan kematian mendadak (sudden death). Penyebabnya adalah karena tidak seimbangnya dorongan simpatetik persyarafan jantung.

Nah, alih-alih menjadikan anak jenius, aktivasi otak tengah ternyata menciptakan bahaya pada anak anda, yang mungkin saja akan terjadi semakin cepat kalau anak terus-menerus menerapkan secara intensif metoda aktivasi dan praktek penggunaan kemampuan otak tengah.

Sebenarnya ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh suatu lembaga yang memiliki metoda baru sebelum dilemparkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan publik. Minimal telah melalui 10 tahun percobaan di laboratorium (in vivo), setelah lulus uji klinis, barulah diujikan pada hewan-hewan percobaan dengan evaluasi sekitar 10 tahun. Pada tahap ketiga barulah diujikan pada para relawan (biasanya mereka dibayar) dan kembali dilakukan evaluasi. Dengan demikian dibutuhkan waktu sekitar 30 tahun untuk membawa suatu metode baru yang aman ke tengah masyarakat.

Sebaiknya anda sebgagai orang tua harus lebih berhati-hati jika ingin mengikut sertakan anak dalam sembarang metoda pelatihan yang mengarah kepada manipulasi otak dan alam bawah sadar, sebelum bertanya kepada ahlinya dan meyakini keabsahan metoda tersebut secara ilmiah, dan jangan termakan oleh rayuan para penjual yang hanya mencari keuntungan bisnis semata.

sumber :
http://www.gmc-geniusmind.com/whats-midbrain-activation.html
Lely Setyawati Kurniawan, seorang Psikiater, Staf Dosen di Bagian Psikiatri pada Fakultas Kedokteran Udayana, Bali, dan sebagai konsultan Forensik Psikiatri di RSUP Sanglah, Denpasar

Selasa, 04 Januari 2011

keuntungan stimulasi otak tengah

Genius Mind Consultancy

Di masyarakat sekarang, terdapat berbagai metode dalam mengaktifkan fungsi dan kemampuan otak. Masing-masing metode memiliki hasil yang berbeda-beda.
GMC menggunakan teknologi komputer yang modern, mengaktifkan midbrain melalui kolaborasi dan kemanjuran musik, audio dan lain sebagainya.
Dengan prinsip ini, dilakukan penelitian terhadap janin dalam kandungan dengan menggunakan musik ‘mozart’. Laporan menyebutkan bahwa setelah bayi lahir, lebih cerdas dan lebih cepat belajar dibandingkan dengan bayi lainnya.
Letak perbedaannya adalah bayi yang telah tumbuh sekarang telah menjadi lebih kuat beberapa kali dari musik mozart. Yang lebih membanggakan adalah metode yang digunakan oleh GMC memiliki tingkat keberhasilan mencapai 80-90 persen.
Manfaat Aktivasi Otak

1. Meningkatkan konsentrasi
2. Meningkatkan daya ingat
3. Meningkatkan kreativitas
4. Lebih cerdik
5. Lebih berbakat
6. Hormon lebih seimbang
7. Membentuk karakter positif
8. Emosi lebih stabil
9. Lebih berpretasi dalam studi

Keajaiban Otak Tengah
Kurnia Puspitasari, 16 tahun, buta sejak tiga tahun silam gara-gara kelenjar getah bening dan tumor otak menekan saraf mata. Sudah dirawat di rumah sakit, dan dokter menjanjikan Kurnia bisa melihat kembali berangsur-angsur dalam enam bulan. "Tapi sampai sekarang belum bisa melihat juga," kata Djamad, ayah Kurnia.

Siswa kelas dua SMP itu merasa putus asa dan malu, serta tak bisa sekolah. Namun, setelah mengikuti pelatihan aktivasi otak tengah selama satu setengah hari di Genius Mind Consultancy (GMC) Serpong, Banten, Minggu pekan lalu, Kurnia bisa menyebut warna kartu remi. "Mudah-mudahan dengan pelatihan lanjutan dia bisa membaca, tumbuh percaya dirinya, dan bisa sekolah lagi," Djamad berharap.

Keajaiban tidak hanya terjadi pada Kurnia. Sebanyak 21 anak lain juga bisa menebak warna, angka, bahkan membaca pesan pendek di telepon seluler dengan mata ditutup kain. Heszkya Prastiowati Kristianto, siswa kelas satu sekolah dasar di Ciledug, Tangerang, memperagakan membaca pesan pendek hanya dengan meraba layar telepon seluler dengan jarinya. "Saya takjub. Mudah-mudahan berguna saat meng-ikuti pelajaran di sekolahnya," ujar Happy Kristianto, ayahnya.

Muhammad, 12 tahun, salah seorang peserta pelatihan, mengakui bisa membedakan warna kartu dengan cara menghidu. "Warna merah baunya lebih- menyengat, sedangkan hitam kurang ada baunya," katanya. Siswa kelas enam SD di Depok itu juga bisa menebak angka dalam kartu uno. "Saat diraba, kartu-kartu itu ada titik terang dalam otakku, muncul warna dan angka-angka itu."

Orang tua peserta pelatihan aktivasi otak tengah benar-benar dibuat keheranan dengan kemampuan anak-anaknya. Peserta yang berusia 7-13 tahun tampak berlaku aneh mencium, meraba-raba, mendengar, atau menggosok-gosokkan kartu untuk menebak warna dan angka kartu remi atau uno. Hampir semua anak bisa menebak warna atau angka kartu-kartu itu, walaupun matanya ditutup kain merah tak tembus pandang. "Membaca dengan mata tertutup hanya satu cara untuk membuktikan otak tengah anak telah diaktifkan," ujar dokter Hendryk Timur, master -peng-aktifan otak tengah GMC Serpong.

Manfaat lain aktifnya otak tengah, anak akan memiliki akses yang mudah ke otak kiri dan kanan. Sehingga mereka lebih mudah belajar, membaca, dan menghafal benda-benda lebih cepat. Konsentrasi, daya ingat, kreativitas, dan karakter yang positif pun turut berkembang. "Anak akan lebih termotivasi," kata Hendryk.

Menurut dokter ahli saraf Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Silvia F. Lumempow, teori penggunaan otak tengah banyak dilakukan di Rusia, dan mulai berkembang di Jepang sejak 40 tahun silam. Latihan ini dipraktekkan di Malaysia sejak lima tahun lalu, dan masuk Indonesia menjelang akhir 2009. Pelatihan pertama di Batam, lalu Bandung, Cirebon, Tangerang, dan kota-kota lainnya. "Kami berhasil mendapatkan franchise sejak November lalu," kata Djoni Tjiawi, ahli aktivasi otak tengah di Tangerang.

Di dunia kedokteran, menurut dokter ahli saraf lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Vivien Puspitasari, istilah otak tengah atau midbrain sudah dikenal sejak ditemukannya ilmu anatomi sistem saraf. Otak manusia dibagi menjadi tiga bagian besar berdasarkan perkembangannya sejak masih janin dalam kandungan, yaitu prosencephalon (otak depan), rhom-bencephalon (otak belakang), dan me-sencephalon (otak tengah).

Jadi, yang disebut otak tengah adalah bagian dari otak manusia yang letaknya antara otak depan dan otak belakang. Otak tengah tersusun dari inti sel saraf dan serabut saraf yang memiliki beberapa fungsi khusus. Bagian ini ibarat saluran atau lorong yang diapit kedua bagian otak itu. "Otak tengah itu bagai jembatan di kedua otak itu," ujar Hendryk.
Otak tengah, menurut dokter yang kini bertugas di Rumah Sakit Siloam Tangerang itu, mengandung inti sel saraf kranial III dan IV, yang berfungsi menggerakkan otot-otot mata ke arah vertikal. Selain itu, otak tengah mengandung serabut saraf formatio reticularis, yang bertanggung jawab mempertahankan kesadaran. "Mengandung serabut saraf sensorik maupun motorik yang menghantarkan sinyal dari otak bagian distal menuju otak depan atau sebaliknya," katanya. Yang lebih penting, otak tengah mengandung inti sel substansia nigra, yang menghasilkan zat dopamin, yang berperan dalam sistem gerakan tubuh.

Menurut Vivien, istilah aktivasi otak tengah baru beberapa tahun terakhir ramai diperbincangkan. Menurut penyelenggara pelatihan, aktivasi otak tengah yang terbaik dilakukan pada anak usia 5-15 tahun. "Metode aktivasi otak tengah yang katanya mampu -meng-ubah anak menjadi jenius perlu disikapi dengan hati-hati dan bijaksana. Sampai saat ini di bidang kedokteran belum ada bukti ilmiah kuat yang mendukung keefektifan dan dampak metode ini terhadap kemampuan kognitif anak," ujar Vivien.

Menurut dokter Silvia, aktivasi otak tengah adalah suatu penemuan fenomenal dalam pendidikan anak. "Para ahli neuroscience sedang meneliti fenomena ini," katanya.
Namun kemampuan kognitif anak, menurut Vivien, tidak hanya ditentukan aktivasi otak tengah. Kemampuan belajar itu melibatkan semua komponen otak, baik otak depan dengan kedua belahan otaknya (kanan dan kiri), otak kecil, maupun komponen otak lainnya. "Semuanya perlu distimulasi secara seimbang dan terus-menerus untuk menghasilkan kemampuan kognitif yang optimal. Jadi, tidak bisa dalam waktu singkat."
Banyak faktor yang menentukan kemampuan berpikir seseorang seperti keturunan, lingkungan keluarga, tempat tinggal, pendidikan, dan jenis stimulasi yang diterima. "Jika ada yang mengatakan dengan aktivasi otak tengah saja seseorang bisa membedakan warna, mengetahui huruf atau angka, membaca dengan mata tertutup, atau bisa membuat semua anggota tubuh lebih sensitif, secara medis belum ada bukti ilmiah dan penjelasannya," kata Vivien.

Sebelum menyatakan suatu metode efektif dan berguna, menurut Vivien, diperlukan penelitian ilmiah. Yang terbaik adalah penelitian Rrandomized Control Trial yang multisenter, sehingga dapat disimpulkan manfaat atau efek positif antara sebelum dan sesudah menggunakan metode tersebut. "Sebelum ada hasil penelitian yang mendukung, belum diketahui efektivitas dan kegunaan dari metode tersebut."
Dokter Vivien boleh skeptis. Tapi, selama dua hari pelatihan aktivasi otak tengah, 21 anak usia 7-13 tahun dan seorang tunanetra berusia 16 tahun bisa menebak warna dan angka pada kartu dengan mata tertutup. Dokter Hendryk juga tak membantah, soal faktor keluarga, lingkungan, dan stimulasi lain turut menentukan kemampuan berpikir. "Jika aktivasi otak tengah diikuti penunjang lainnya, bisa lebih dahsyat hasilnya," ujarnya.


Cara Mengaktifkan Otak Tengah

1. Anak diajak bermain-main, bersenang-senang sehingga santai, masuk ke gelombang alfa.
2. Mendengarkan gelombang suara mulai suara ombak sampai suara helikopter, sekitar 85 desibel, selama empat menit. Untuk stimulasi otak tengah.
3. Setelah aktif, diperlukan sebulan bimbingan orang tua di rumah, 15 menit setiap hari, untuk membuat otak tengah stabil dan bertambah kinclong.

sumber :
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/04/12/KSH/mbm.20100412.KSH133222.id.html