JURNAL 1
ANALISIS KRIMINOLOGIS TENTANG
PENYEBAB PELAKU KEJAHATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KOMPUTER
Perkembangan
ilmu pengetahuan dam teknologi mengakibatkan terbentuknya sistem dan jaringan komputer
(internet). Di Indonesia, banyak kejahatan yang menjadikan sistem dan jaringan komputer
sebagai sasaran kejahatan, dan kejahatan yang menggunakan komputer sebagai
sarana.Kejahatan di dunia (cybercrime)
sudah marak terjadi di Indonesia, khusus dalam bidang perbankan sudah ada sejak
tahun 1983. Kejahatan kategori ini dapat disebut cybercrime, atau tindak pidana dalam bidang telematika, atau
kejahatan yang berhubungan dengan komputer (computer-related
crime).
Penulis
berpendapat, teori kriminologi yang dapat digunakan untuk mengkaji kejahatan
yang berhubungan dengan komputer adalah teori asosiasi diferensial dan teori
netralisasi. Ini disesuaikan pada pertimbangan bahwa secara teoritik ada
kesesuaian antara proposisi-proposisi dalam teori tersebut dengan karakteristik
pelaku kejahatan tersebut. Menurut Clements Bartollas (1990), teori asosiasi
diferensial itu mengutamakan proses belajar seseorang hingga melakukan
kejahatan, sebagaimana tingkah laku lain pada manusia, merupakan sesuatu yang
dapat dipelajar. Larry J. Siegel (1989), mengungkapkan pendapat utama teori
netralisasi bahwa seseorang akan belajar
untuk menetralkan moral yang mengendalikan tingkah laku manusia, kemudian
melakukan perilaku menyimpang. Berdasarkan paparan tentang teori netralisasi
dapat dipahami bahwa tingkah laku menyimpang dilakukan seseorang karena didasarkan
pada pemikirannya sendiri dan di dorong oleh beberapa kondisi di luar individu,
sehingga pelaku selalu mencari alasan pembenar atas perbuatanya melalui proses
rasionalisasi.
Penelitian
ini dilakukan di Unit V infotek/cybercrime,
Direktorat II bidang Ekonomi dan Khusus Mabes Polri. Jenis data yang dipakai
primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari responden di lokasi penelitian,
sedangkan data sekunder diperoleh dari Daftar kasus Cybercrime di unit V infotek/cybercrime
Mabes Polri dan media massa. Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik
wawancara terbuka. Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan cara
menguraikan secara deskriptif analitis dan preskriptif terhadap gejala
kriminologis. Teknik ini dilakukan dengan cara menerapkan 2 teori kriminologi
dalam kasus-kasus kejahatan yang berhubungan dengan komputer di Indonesia.
Berdasarkan
data di Mabes Polri, ada 2 kategori kejahatan, yaitu komputer sebagai sarana
kejahatan dan komputer sebagai sarana kekejahatan. Bentuk kejahatan yang berhubungan
dengan komputer yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah pemalsuan kartu
kredit. Jumlah kejahatan terbesar terjadi pada tahun 2002, yaitu 126 kasus,
sedangkan terkecil terjadi pada tahun 2001, yaitu hanya 11 kasus. Danny
Firmansyah ditangkap polisi karena melakukan defacing situs Komisi Pemilihin umum (KPU). Pada tanggal awal bulan
Agustus 2006, Unit V Infotek Cybercrime
menagkap Iqra Syafaat, tersangka defacing
situs Partai Golongan karya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Dicky
Patrinegara, motivasi atau penyebab pelaku kejahatan yang berhubungan dengan
komputer sangat bervariasi, yaitu :
- Termotivasi untuk memperoleh imbalan berupa uang (motivasi ekonomi).
- Motif politik dapat juga mendorong tindakang cracking, defacing, dan DoS Attack.
- Selai itu, saat ini ada beberapa pelaku kasus pelanggaran lain yang dimotivasi oleh rasa ingin menampilkan kelucuan (funny).
Berdasarkan
hasil wawancara dengan Dicky Patrianegara, semua pelaku kejahatan yang
berhubungan dengan komputer seakan-akan sudah menjadi anggota komunitas dunia
maya (underground). Dony Budi Utoyo
mengemukakan bahwa internet dapat digunakan sebagai media pembelajaran
melakukan kejahatan, karena diantara angggota komunitas seringkali mengadakan
pembicaraan santai (chatting) sampai
beberapa jam dalam sehari. Dalam proses chatting
inilah sering diperoleh informasi tentang cara-cara melakukan kejahatan melalui
jaringan komputer. Siapapun dapat secara mudah mendapat informasi termasuk
teknik penyusupan (illegal acces) ke
situs milik pihak lain. Untuk memberikan gambaran mengenai komunikasi antar
anggota underground, berikut penulis
mengutip komunikasi (message) melalui
internet.
Hasil
wawancara, fakta di internet dan hasil penelitan penulis tersebut dapat
mendukung kebenaran teori asosiasi diferensial bahwa kejahatan dipelajari
melalui proses komunikasi dengan kelompok intim. Interaksi antarpelaku dalam komunitas maya
dapat dilakukan melalu komunikasi kapan pun dengan media komputer maupun hand phone dengan durasi waktu yang
lama. Berdasarkan perspektif teori netralisasi, kejahatan yang berhubungan
dengan komputer di Indonesia ada yang di motivasi oleh keinginan balas dendam,
misalnya dalam kasus cracking situs
yang dilakukan oleh cracker Indonesia
ke situs di irlandia, karena dianggap sebagai basis gerakan pro kemerdekaan
Timor Timur. Alasan kejahatan tersebut, dalam teori netralisasi disebut denial of victim, yaitu pelaku memahami
diri mereka sendiri sebagai “sang penuntut balas”, sedangkan para korban
dianggap sebagai orang yang bersalah.
Berpijak pada penjelasan tentang teori
multi faktor terhadap penyebab kejahatan sebagaimana dikemukakan Sutherland dan
Cressey , dapat diketahui bahwa pendekatan tersebut dapat digunakan untuk
menjelaskan tentang penyebab pelaku kejahatan yang berhubungan dengan komputer
di Indonesia. Dengan demikian, hasil
penelitian penulis yang menyimpulkan bahwa pelaku kejahatan yang berhubungan
dengan komputer di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor dan motivasi yang
sangat bervariasi, dan adanya perbedaan variasi tentang faktor-faktor penyebab
antara bentuk kejahatan satu dengan lainnya selaras dengan “multiple-factors theory”
Dari
pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyebab utama orang melakukan
penipuan melalui komputer adalah memperoleh keuntungan ekonomi, keinginan untuk
mencoba kemampuan sistem teknologi informasi pihak lain, dan ingin dikenal oleh
sesama komunitas underground sebagai
orang yang piawai dalam mengoprasionalisasikan komputer. Ada juga yang ingin
menguji kemapuan diri sendiri, pelampiasan kekecewaan, ingin dinggap sebagai
pahlawan, memperkenalkan atau meraih popularitas kelompok hacker, dan bersenang-senang.
JURNAL 2
PERBEDAAN
MINAT BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA KOMPUTER
PROGRAM
CYBERLINK POWER DIRECTOR DAN TANPA
MEDIA
KOMPUTERPADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK
DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 HAMPARAN PERAK
TAHUN AJARAN 2009/2010
KOMPUTERPADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK
DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 HAMPARAN PERAK
TAHUN AJARAN 2009/2010
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dalam rangka
menumbuh kembangkan sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Melalui
pendidikan yang bermutu akan menghasilkan generasi-generasi yang menguasai
sains dan teknologi. Matematika termasuk memiliki peranan penting dalam
menunjang ilmu pengetahuan dan teknologi. Konsep matematika juga dapat
dipergunakan dalam memecahkan permasalah dalam kehidupan sehari-hari. Idealnya metematika adalah pelajaran yang
diminati siswa karena matematika merupakan pelajaran yang penting. Namun, kondisi
yang ditemukan dilapangan justru menunjukkan rendahnya minat dan hasil belajar
siswa pada pelajaran matematika. Sedangkan minat belajar merupakan hal utama
yang harus dimiliki setiap orang sebelum belajar karena tanpa minat
keberhasilan sulit dicapai. Kubus dan balok merupakan salah satu materi
pelajaran matematika pada kelas VIII dalam matematika. Pada topik ini masih
banyak siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Cara
guru mengajarkan konsep kubus dan balok masih belum memanfaatkan media komputer,
menyebabkan siswa tidak berminat memahami materi tersebut sehingga
mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
perbedaan minat belajar siswa dengan media komputer program Cyberlink Power
Director dan tanpa media komputer pada pokok bahasan kubus dan balok di kelas
VIII SMP Negeri 1 Hamparan Perak tahun ajaran 2009/2010. Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain
untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan minat belajar siswa
dengan media komputer program Cyberlink
Power Director dan tanpa media komputer pada pokok bahasan kubus dan balok
di kelas VIII SMP Negeri 1 Hamparan Perak tahun ajaran 2009/2010.
Hamalik dalam arsyad (2009), mengemukakan bahwa Pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan
minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Dalam proses pembelajaran matematika harus
diciptakan suasana yang tidak menegangkan, diciptakan suasana yang
menyenangkan. Melalui pengguanaan media komputer dengan aplikasi Cyberlink Power Director dalam
pembelajaran matematika, akan terbentuk suasana belajar yang menyenangkan di
kelas. Jika mereka telah menyenangi materi yang diberikan, maka telah terjadi
peningkatan minat belajar matematika dalam diri mereka.
Pembelajaran tanpa menggunakan media komputer akan
dilaksanakan hanya dengan metode ekspositori saja, dimana guru yang akan
memberikan informasi pelajaran langsung kepada siswa. Pendefenisian metode
tidak didefenisikan secara baku, namun secara umum metode mengajar dapat
didefenisikan sebagai cara-cara yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan
suatu unit materi dengan memusatkan pada keseluruhan proses atau situasi belajar
untuk mencapai tujuan.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen.
Desain yang digunkan adalah Pretes –
postest Control grup desaign. Penelitian
ini melibatkan dua kelas yang diberi perlakuan berbeda yaitu kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diperoleh dengan
penerapan dan perlakuan tersebut maka pada siswa diberikan tes. Dengan demikian
rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel
3.1 Rancangan eksperimen
Kelas
|
Pretes
|
Perlakuan
|
Postes
|
Eksperimen
|
T1
|
X1
|
T2
|
Kontrol
|
T1
|
X2
|
T2
|
Keterangan
:
X1
= pengajaran dengan menggunakan media komputer
X2
= pengajaran tanpa menggunakan media komputer
Dari hasil pretest
yang diperoleh dari kedua sampel siswa yang sama-sama belum diberikan
pelajaran matematika sebesar 1,989 untuk nilai rata-rata siswa pada kelas
eksperimen sedangkan pada kelas kontrol adalah sebesar 1,985. Dari sini dapat
terlihat bahwa minat belajar matematika awal siswa pada kedua sampel tidak
terlalu berbeda dan masih tergolong rendah. selanjutnya dilakukan analisis data
terhadap minat belajar matematika siswa dimana diperoleh t-hitung. sebesar 0,05
yang berada pada daerah t-tabel = 2,018 yang berarti bahwa minat awal belajar
matematika siswa pada kelas eksperimen sama dengan minat belajar matematika
siswa pada kelas kontrol (tidak terdapat perbedaan). Kemudian pada kedua sampel
diberikan perlakuan yang berbeda yaitu pada kelas eksperimen diterapkan
pembelajaran dengan menggunakan media komputer program cyberlink Power Director sedangkan pada kelas kontrol menggunakan
pembelajaran tanpa menggunakan media komputer. Selanjutnya setelah diberikan postest pada kedua sampel terlihat
adanya peningkatan minat belajar matematika siswa. dimana rata-rata nilai posttest kelas eksperimen adalah 2,879
sedangkan rata-rata nilai posttest
kelas kontrol adalah 2, 392.
Dari hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian
ini dapat ditarik kesimpulan bahwa minat belajar matematika siswa yang diajar dengan
pembelajaran menggunakan media komputer Program Cyberlink Power Director meningkat dan lebih baik dari pada pembelajaran
tanpa menggunakan media komputer, dengan presentase peningkatan hasil belajar
siswa kelas eksperimen sebesar 20,36%. Dengan kata lain, ada perbedaan minat
belajar matematikan dengan menggunakan media komputer (Program Cyberlink Power director) dan tanpa
menggunakan media komputer pada pokok bahasan kubus dan balok di kelas VIII SMP
negeri 1 Hamparan Perak T.A 2009/2010.
JURNAL 3
PENGARUH LONELINESS TERHADAP INTERNET ADDICTION PADA INDIVIDUAL DEWASA AWAL PENGGUNA INTERNET
Individu dalam tahapan dewasa awal dengan tugas perkembangan membentuk hubungan intim dengan orang lain (Erikson dalam Santrock, 2003), maka kebutuhan akan intimasi merupakan unsur pokok dalam kepuasan suatu hubungan. Namun, jika individu tidak berhasil mengembangkan intimasinya, maka individu tersebut akan mengalami isolasi dan merasakan loneliness (Orlofsky dalam Santrock, 2003)
Loneliness
diartikan
oleh Peplau & Perlman (dalam Brage, Meredith & Woodward 1998) sebagai
perasaan dirugikan dan tidak terpuaskan yang dihasilkan dari kesenjangan antara
hubungan sosial yang diinginkan dan hubungan sosial yang dimiliki. Shaver &
Rubeinstein (dalam Brehm, 2002) mengungkapkan bahwa individu yang mengalami loneliness menunjukkan beberapa reaksi
untuk menghadapi loneliness yang
dialaminya, diantaranya melakukan kegiatan aktif (seperti belajar, bekerja,
melakukan hobi, membaca, menggunakan internet), membuat kontak sosial (seperti
menelpon dan chatting), melakukan
kegiatan pasif (seperti menangis, tidur, tidak melalakukan apapun), dan
melakukan kegiatan selingan yang kurang membangun (seperti menghabiskan uang
dan belanja).
Internet
addiction oleh Young (1998), diungkapkan sebagai sebuah
sindrom yang ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak
dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaannya saat online. Orang-orang yang menunjukkan
sindrom ini akan merasa cemas, depresi, atau hampa saat tidak online di internet (Kandell dalam Weiten
& Llyod, 2006)
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat dilihat
bahwa terdapat hubungan positif antara loneliness
dan internet addiction pada pengguna
internet. Hal ini membuat peneliti merasa perlu untuk melihat sejauh mana
pengaruh loneliness teradap internet addiction pada individu dewasa awal
pengguna internet.Variabel dalam penelitan ini adalah variable bebas yaitu Loneliness dan variabel tergantung yaitu Internet Addiction. Subjek penelitian adalah individu dewasa awal berusia 18 tahun ke atas, mengalami loneliness, memiliki kecenderungan mengalami internet addiction, dan telah menggunakan internet lebih dari 12 bulan. Metode pengumpulan data dengan menggunakan Skala Loneliness dan Skala Internet Addiction. Metode analisis data menggunakan teknik analisis regresi linier dengan persamaan Y= a+bX, dan pengolahan data dengan menggunakan program SPSS for windows 15.0 version.
Dengan F = 7,947 dan p < 0,05 diketahui ada pengaruh positif loneliness terhadap
internet addiction. Koefisien determinasi (r2) dari
regresi menunjukkan bahwa loneliness
memberikan sumbangan efektif sebesar 12,8 % terhadap internet addiction. Selebihnya yaitu, 87,2 %
internet addiction dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Masih ada faktor-faktor
lain (87,2%) yang mempengaruhi internet addiction
pada pengguna internet. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Graham (dalam Nakkeh,
2002) bahwa internet addiction dipengaruhi
oleh faktor genetik, biologis, pengaruh keluarga (cinta, pola asuh, pembekalan,
kecakapan hidup), pengaruh budaya dan pengaruh sosial.
Dari hasil diatas dapat dikatakan bahwa terdapat
pengaruh positif loneliness terhadap
internet addiction pada pengguna
internet. Artinya semakin tinggi loneliness
yang dirasakan pengguna internet maka semakin tinggi internet addiction yang dirasakannya dan begitu
juga sebaliknya semakin rendah loneliness
yang dirasakan pengguna internet maka semakin rendah internet addiction yang dirasakannya. Sumbangan
efektif variabel loneliness terhadap
variabel loneliness terhadap variabel
addiction adalah 12,8 % artinya loneliness memberikan pengaruh sebesar
12,8% terhadap internet addiction,sedangkan
87,2% disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Berdasarkan data hipotetik, skor total variabel loneliness dibagi atas tiga kategori yaitu : tinggi, sedang, dan
rendah. Secara umum, loneliness yang
dialami oleh subjek penelitian tergolong sedang.
JURNAL 4
MENGENAL INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER
MENGENAL INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER
Interaksi Manusia dan
Komputer (Human Computer Interaction) adalah suatu studi yang
mempelajari hubungan interaksi antara manusia, komputer dan
penugasan. Prinsipnya adalah pengertian bagaimana manusia dan komputer dapat
secara interaktif menyelesaikan penugasan dan bagaimana sistem yang interaktif
tersebut dapat dibuat. Interaksi Manusia dan Komputer (IMK) merupakan
gabungan disiplin ilmu pengetahuan dari bidang keilmuan, teknik dan seni. Ada banyak kontribusi bidang ilmu lainnya yang dapat bersama-sama menghasilkan sistem komputer dan dapat digunakan oleh manusia secara aktif dan mudah dalam lingkungan kerja dan sosialnya. IMK juga melibatkan pembentukan
dan aplikasi prinsip,
petunjuk dan metode-metode yang
mendukung perancangan dan evaluasi dari sistem yang
interaktif. Hal yang penting dalam IMK adalah kebutuhan yang dibuat
komputer berdasarkan pengetahuan dan pengertian manusia, dan jumlah
penyelesaian masalah dan pembelajaran.
Faktor manusia merupakan studi tentang bagaimana
manusia dengan tingkah lakunya menggunakan mesin, tool dan membuat teknologi lain untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan. Area ini merupakan apa yang
disebut ergonomi di Inggris. IMK melibatkan bagian-bagian yang tepat dari
faktor manusia dengan ergonomi, yaitu bagaimana
komputer dan manusa dapat secara interaktif menyelesaikan penugasan yang
ada dan baru. IMK melibatkan seluruh aspek perancangan dan penggunaan komputer.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menuntun formasi prinsip, petunjuk metode dan
tool untuk membuktikan perancangan dan pembentukan sistem komputer interaktif
yang baik.
Teori psikologi membeikan kontribusi yang besar
terhadap pengertian IMK. Psikologi memperhatikan hal-hal tentang pengertian,
model, ramalan dan penjelasan fenomena yang paling kompleks secara keseluruhan,
yaitu perilaku manusia. Semua aspek dari perilaku manusia mempunyai pengaruh
terhadap interaksi manusia ke komputer dan komputer mempengaruhi perilaku
manusia dalam segala cara. Perancang dan pembentuk sistem komputer dibutuhkan
untuk membuat keputusan berdasarkan asumsi pengetahuan pemakai sebelumnya,
pengalaman dan kemampuan untuk belajar.
IMK adalah bagian disiplin ilmu komputer. Ilmu
komputer meliputi teori, metode dan latihan pemrosesan. IMK menimbulkan perhatian
khusus untuk ilmu komputer seperti misalnya interface
pemakai harus diprogram untuk mengantisipasi macam-macam masukan yang berbeda
dan menghasilkan keluaran yang canggih sehingga perlu ada perancangan bahasa
dimana pemakai dapat mengkontrol dan menggunakan sisa program.
Longg dan Dowell (1989), telah mengusulkan kerangka
yang secara abstrak melibatkan representasi dan proses yang berbeda dan terjadi
dalam mengapikasikan pengetahuan dari sebuah disiplin yang sesuai terhadap
masalah khusus. Carrol (1990), telah membentuk kerangka yang lebih berguna dan
lebih khusus untuk IMK. Kerangka Carrol pada dasarnya sebuah siklus ‘task-artefact’ yang memandang IMK
sebagai kebutuhan untuk mengerti penugasan dan perancangan, dan cara bagaimana
kedua siklus tersebut saling mempengaruhi. Pada gambar 1, sebuah penugasan
secara impilisit menghimpun kebutuhan perancangan untuk membentuk artefact (sistem komputer adalah salah
satuya) dan penggunaan artefact
tersebut menetapkan kembali penugasan saat artefact
dibuat pertama kali. Untuk merancang artefact
yang lebih berguna, pengertain tentang tugas orang yang ada harus baik dan
aplikasi yang baik dalam mengerti terhadap proses perancangan.
Carrol memperbaiki siklus ‘task-artefact’ diatas dengan meliput
kegiatan perancangan dari ilmu komputer dan dasar psikologi untuk mengerti
tugas.
Carrol memperhatikan bahwa psikologi dari penugasan
menyediakan dasar keilmuan yang sesuai dalam pengertian penugasan pada IMK.
Sehingga hanya aspek psikologi tersebut yang dapat membantu mengenerate
pengertian psikologi tentang perilaku penugasan yang dibutuhkan.Gambar 3
berikut merupakan perluasan kerangka yang merefleksikan hubungan antara pemakai, penugasan dan perancangan dengan bentuk
prosesnya yang berbeda-beda.
Yaitu
bentuk representasi yang beragam meliputi spesifikasi formal, model komputasi, prototipe dan model-model informal.
Interaksi Manusia dan Komputer merupakan subyek yang
menggunakan teori dan metode yang relevan dari banyak bidang ilmu, meliputi
ilmu-ilmu fisik dan sosial, juga teknik dan seni. Kontribusi
yang penting dalam IMK berasaI dari ilmu komputer dan psikologi. Kontribusi
laniutan berasal dari matematika, seni grafik, sosiologi dan intelejensi
buatan. " Studi tentang IMK membutuhkan pengetahuan yang aspek-aspeknya berasal
dari kontribusi disiplin ilmu yang
diaplikasikan ke masalah
khusus Penelitian IMK terus dilakukan secara teoritis maupun metode lanjutan di dalam membentuk
teknologi baru ada banyak
perhatian dalam mempelajari bagaimana mengaplikasikan penelitian ke dalam situasi
praktis, dan mengerti masalah dan latihan yang terjadi.
JURNAL 5
PENGARUH SIKAP, PERSEPSI MANFAAT, DAN PSYCHOLOGY
PENGARUH SIKAP, PERSEPSI MANFAAT, DAN PSYCHOLOGY
ATTACHMENT
TERHADAP
NIAT PENGGUNAAN
TEKNOLOGI
INTERNET
Penerapan good corporate governance mensyaratkan
pemenuhan kebutuhan perangkat keras, perangkat lunak, dan kesiapan sumber daya
yang memadai agar tujuan yang ditetapkan dapat diraih dengan baik. Penelitian
ini bertujuan untuk mengupas tingkat penerimaan teknologi internet yang semakin
pesat berkembang dan sudah menjadi tuntutan umum dalam aktifitas. Model
dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah technology acceptance model
yang dikembangkan oleh Davis (McCoy dkk, 2007).
Subjek penelitian adalah pegawai pemerintah kota
Salatiga yang tersebar ke berbagai unit pelayanan publik. Diharapkan melalui
penelitian ini pelayanan publik yang semakin baik dapat meningkatkan citra
positif pemerintah kota Salatiga.
Technology acceptance model (TAM)
adalah model yang diterima luas dalam penelitian yang terkait dengan sistem
informasi (Jones & Hubona, 2003). TAM merupakan model yang mengadaptasi
basis theory of reasoned action yang dikembangkan oleh Fishbein and
Ajzen’s (Rao & Troshani, 2007). TAM sesungguhnya mengaitkan antara
keyakinan kognitif dengan sikap dan perilaku individual terhadap penerimaan
teknologi seperti internet. Keyakinan kognitif meliputi persepsi kemudahan penggunaan
dan persepsi manfaat, sementara sikap merupakan komponen afektif yang mendorong
terjadinya niat perilaku dan perilaku. Gambar 1 berikut ini menunjukkan modifikasi
model TAM yang diusulkan oleh Malhotra dan Galletta (1999).
Argawal (2004) menyatakan bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi sikap dan perilaku penerimaan teknologi adalah pengaruh
sosial (social influence) atau lebih spesifik disebut dengan psychological
attachment (Malhotra & Galletta,1999). Kelman memaparkan ada tiga
proses perubahan niat perilaku yaitu compliance, identification, dan internalization
(Malhotra & Galletta, 1999). Oleh karena itu, psychological
commitment akan mempengaruhi sikap, dan niat perilaku. Dari beberapa
penjabaran diatas peneliti membuat 6 hipotesis yang dinyatakan :
H1:
Persepsi kemudahan penggunaan secara signifikan berpengaruh pada sikap terhadap
teknologi internet.H2: Persepsi manfaat secara signifikan berpengaruh pada sikap terhadap teknologi internet.
H3: Persepsi manfaat berpengaruh signifikan terhadap niat menggunakan teknologi internet.
H4: Sikap terhadap teknologi internet secara signifikan berpengaruh pada niat menggunakan teknologi internet.
H5: Psychological attachment secara signifikan berpengaruh pada sikap terhadap teknologi internet.
H6: Psychological attachment secara signifikan berpengaruh pada niat menggunakan teknologi internet.
Populasi penelitian adalah pegawai pemerintah kota
Salatiga. Sampel yang dipilih menjadi responden adalah pegawai pemerintah kota
Salatiga dari 18 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPP) di pemerintah kota
Salatiga. Metode pengambilan sample adalah non-probability sampling yaitu
purposive sampling dimana subyek penelitian adalah karyawan
pemerintah kota yang telah menggunakan internet paling tidak satu kali. Jumlah
sampel adalah 100 responden dan memenuhi jumlah minimum jumlah sampel untuk
analisis faktor (Hair et al, 2006). Pengumpulan data dilakukan dengan metode
survey dengan menggunakan instrumen kuesioner yang disebar ke seluruh responden
dengan metode drop-off/pick-up method.
Sumber:
Hasil olah SPSS versi 13.00 (2008)
Dari hasil pembahasan tersebut dapat disimpulkan
bahwa persepsi kemudahan penggunaan dan persepsi manfaat tidak berpengaruh
signifikan pada sikap terhadap penggunaan internet. Hal-hal yang terkait dengan
cakupan kerja dan ketersediaan fasilitas mempengaruhi kuat lemahnya pengaruh
keyakinan kognitif tersebut pada sikap. Identification dan Compliance
berpengaruh signifikan pada sikap, sementara internalization tidak
berpengaruh signifikan pada sikap. Ketika atasan dan rekan kerja bersikap
positif terhadap penggunaan internet, responden cenderung memiliki sikap yang sama
semata-mata karena ingin menjaga hubungan dengan atasan dan rekan kerja. Namun
demikian, individu yang merasa dipaksa melakukan sesuatu karena semata-mata ingin
menghindari sanksi maka individu akan memiliki sikap negatif terhadap penggunaan
internet. Persepi manfaat berpengaruh signifikan pada niat penggunaan internet.
Motivasi individu berperilaku adalah karena ingin memperoleh manfaat. Manfaat
yang diperoleh dari penggunaan internet akan berpengaruh signifikan pada niat penggunaan
internet. Meskipun demikian, sikap positif terhadap penggunaan internet tidak
selalu meningkatkan niat penggunaan internet. Masalah infrastruktur dapat
menjadi faktor penghambat misal keterbatasan fasilitas komputer, koneksi
dan/atau server yang sering down. Identification dan internalization
berpengaruh positif signifikan pada niat penggunaan internet. Pengaruh identification
terlihat ketika individu ingin memelihara hubungan baik dengan atasan atau
rekan sekerjanya. Internalization nyata berpengaruh pada niat ketika nilai
individu sesuai dengan pengaruh yang diterima dan Compliance tidak
berpengaruh signifikan pada niat penggunaan internet. Hal ini terjadi ketika mekanisme
reward-punishment yang terstruktur dan jelas dalam hal penggunaan
internet belum tersedia.
Sumber :
1. Widodo.
(2007).Analisis kriminologis tentang penyebab pelaku kejahatan yang
berhubungan dengan komputer (studi di unit infotek /cybercrime, direktorat II
markas besar kepolisian negara Republik Indonesia).Jurnal Hukum dan Dinamika Masyarakat Vol 4 No 2
2. Rajagukguk,
Waminton. (2011). Perbedaan Minat Belajar
Siswa Dengan Media Komputer Program Cyberlink Power Director dan
Tanpa Media Komputer pada Pokok Bahasan Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP NEGERI 1 Hamparan Perak Tahun
Ajaran 2009/2010. Jurnal
Saintech Vol. 03- No.03-September 2011. Universitas Negeri Medan
3. Tuapattinaja,
J. M. R & Rahayu, N. (2009). Pengaruh Loneliness Terhadap Internet
Addiction pada Individual Dewasa Awal
Pengguna Internet . Jurnal
Psikologia, Vol 4 No. 2. Universitas Sumetera Utara
4. Rahayu,
D. A., Pratiwi D. (2008). Mengenal Interaksi Manusia dan Komputer. Jurnal Penelitian Psikologi, No. 1, Vol 13.
Universitas Gunadarma
5. Kriestian, A. & Tanggulungan,
G. (2010). Pengaruh sikap, persepsi manfaat, dan psychology attachment terhadap niat penggunaan teknologi internet. Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga