Senin, 22 November 2010

Entrepreneur

Entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kecakapan tinggi dalam melakukan perubahan, memiliki karakteristik yang hanya ditemukan sangat sedikit dalam sebuah populasi. Definisi lainnya adalah seseorang yang ingin bekerja untuk dirinya.

Kata entrepreneur berasal dari kata Prancis, entreprendre, yang berarti berusaha. Dalam konteks bisnis, maksudnya adalah memulai sebuah bisnis. Kamus Merriam-Webster menggambarkan definisi entrepreneur sebagai seseorang yang mengorganisir, memenej, dan menanggung risiko sebuah bisnis atau usaha.

Istilah entrepreneur dipopulerkan oleh seorang ahli ekonomi Austria yang bernama Joseph Schumpeter (1883-1950). Menurut Schumpeter keseluruhan proses perbuahan ekonomi akhirnya tergantung pada pribadi perilakunya yaitu entrepreneur (wiraswastawan). Para entrepreneur melihat perubahan sebagai norma dan sesuatu yang sehat. Biasanya mereka tidak menciptakan perubahan sendiri, karena mereka sendiri biasanya bukan penemu (Suyanto, 2004: 3-4).

Entrepreneur selalu mencari perubahan, menanggapinya dan memanfaatkannya sebagai suatu peluang. Setiap perubahan ditanggapinya secara kreatif dan inovatif. Salah satu trait dari entrepreneur yang sukses adalah hard work and hopefully smart. Ray Kroc (founder McDonald’s) mengatakan bahwa “Luck is a dividend of sweat. The more you sweat, the luckier you get”. Sedangkan smart berarti cerdas atau pintar atau bijak. Kong Hu Cu mengatakan ”Jika Anda tidak pandai, maka Anda harus cerdas”. Definisi yang lebih luas smart entrepreneur adalah orang yang mampu menciptakan bisnis baru serta kreatif dan inovatif dengan mengambil resiko dan ketidakpastian untuk mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan ancaman serta menggabungkan dengan sumberdaya yang dimilikinya.

Tiga Faktor Kunci Entrepreneurship Gordon (2007: 7) mengemukakan bahwa Entrepreneurship adalah perjalanan perorangan. Saat mereka berjalan, mereka akan menghadapi berbagai kesempatan dan juga hambatan. Mereka harus dapat memahami diri mereka sendiri, tujuan yang hendak dicapai dan hambatan yang akan dihadapi untuk menggapai kesuksesan. Terdapat tiga kunci Entrepreneurship:
1. Mindset: Entrepreneur terus-menerus mencari ide dan kesempatan yang bisa dikomersialkan. Mereka fokus dalam berinovasi, melakukan sesuatu lebih baik, menambah, menciptakan dan mengirimkan nilai yang unik kepada pelanggan dan seluruh stakeholder. Dan mereka menerima penghargaan atas kesuksesan mereka. Semakin banyak nilai yang mereka tambahkan, semakin besar penghargaan keuangan mereka.
2. Actions: Entrepreneur adalah proaktif ke ekstrem, dan sekali berada dalam trail kesempatan, mereka akan memindahkan gunung untuk menggerakkan sumber-sumber penting untuk menyelesaikan tujuan mereka.
3. Process: Entrepreneur adalah dinamik, berkelanjutan, menjalankan proses. Entrepreneur menggerakkan ide-ide; memilih kesempatan nyata dari heap of ideas; membangun dan empower team; menggerakkan dan mengontrol sumber daya yang ada; mengembangkan strategi untuk menangkap pelanggan, menggerakkan penjualan dan keuntungan berkelanjutan; mengembangkan sebuah bisnis plan; assess personel dan menerima atau menghindari resiko bisnis; launch the venture; Manage the growing venture; dan memanen penghargaan kesuksesan.

Seni Entrepreneurship Manusia itu unik, dilahirkan dengan personality yang berbeda, dibesarkan dengan latar belakang yang berbeda dan memiliki kemampuan yang berbeda pula. Namun menurut Lwin dkk (2003: 19-23) hampir semua entrepreneur yang sukses memiliki kesamaan umum: belief, value dan attitudes. Mindset ini adalah sesuatu yang bisa dipelajari dan diadopsi.
1. Entrepreneur dapat mengatasi kegagalan: Hidup tidak pernah lepas dari hambatan, terutama kegagalan. Namun kegagalan jangan dijadikan beban. Untuk menjadi sukses, seorang entrepreneur harus bisa belajar dari kegagalan tersebut dan melihat kegagalan sebagai suatu yang positif.
2. Entrepreneur mengerti seni menemukan kesempatan: Entrepreneur memiliki kemampuan untuk melihat kesempatan yang orang lain tidak lihat dan mengambil keuntungan dari kesempatan tersebut.
3. Entrepreneur berorientasi pada tujuan dan tindakan: Entrepreneur adalah visionaris yang memiliki mimpi besar. Kemudian mereka membagi dan menjual visinya tersebut kepada para karyawan dan partner yang akan membantunya bermanifestasi dari visi menjadi realita. Setiap orang bisa memiliki rencana dan strategi terbaik dalam dunia ini, tapi bila tidak menjalankan rencana itu menjadi tindakan maka rencana itu hanyalah sebuah mimpi belaka.
4. Entrepreneur adalah ”people” people: Dalam dunia bisnis, people adalah sumber paling berharga. Seorang entrepreneur mungkin memiliki ide terbaik, tapi bila entrepreneur tersebut tidak tahu bagaimana cara menemukan orang-orang yang tepat untuk bekerjasama dengannya dan tidak dapat memotivasi mereka, maka ide tersebut tidak akan sukses.

contoh salah seorang entrepreneur yang sukses di Indonesia adalah Denni Delyandri.
Menjadi entrepreneur, bagi Denni Delyandri, pemilik Cake Pisang Vila, tak cukup berbekal semangat menggebu dan kerja keras. Tetapi, harus berpikir cerdas. Dengan cara itu, ia yang kepepet modal, justru bisa diberi dana oleh bank yang tak hanya cukup untuk modal usaha, juga membeli rumah, sekalipun ia tidak punya agunan apa pun.
Kemampuan dan strategi itulah membuatnya bisa mengembangkan usaha. Dan bekal itu didapatkannya, selain pengalaman sendiri juga menimba pengetahuan berbisnis dari pengalaman sukses orang lain juga mengikuti penggemblengan pelatihan berkaitan entrepreneur. ”Itulah kunci penting menjadi entrepreneur,” katanya di hadapan peserta training angkatan ke II Batam Pos Entrepreneur School (BPES) di lantai 6 Graha Pena, 18/11 lalu. Deny memang layak dijadikan contoh entrepreneur yang mampu mengembangkan usaha kecil menjadi berkembang dan melesat dalam waktu yang cukup pendek, yakni dua tahun.

Dalam periode itu, ia mampu memiliki tujuh outlet di berbagai tempat di kota ini, dan menjadi salah satu icon oleh-oleh dari Batam, sesuai visi usahanya, Oleh Oleh Khas Batam Ya Cake Pisang Vila. Dan menjadi pemenang ke III wirausaha mandiri 2008. Pengalaman entreprenurnya itu pula, yang kini dibagi-bagikan ke berbagai entrepreneur yang ingin mengebangkan usaha maupun calon entrepreneur di berbagai daerah, termasuk di BPES.

Seperti kebanyakan sejarah entrepreneur lainnya, seperti menjalankan usaha sembari tetap bekerja. Juga, pasang surut semangat menjalani bisnis serta berpindah-pindah usaha hingga godaan untuk membuka beragam usaha. ”Awalnya saya jualan kerupuk dititipkan di beberapa warung nasi Padang, sembari tetap bekerja.” katanya. Namun, impiannya bisa hidup secara layak dan naga bisnis dalam dirinya yang selalu bergelora, ia pun beranikan benar-benar mengambil langkah berpindah kuadran dari professional menjadi entrepreneur. Sekalipun ketika itu, pertengahan 2006 ia belum memiliki bisnis yang fokus. Bahkan, tak memiliki modal berusaha.

Keluar dari perusahaan dan kehilangan pendapatan membuatnya sedikit canggung karena 3 orang anak dan istrinya menjadi tanggung jawab yang harus dinafkahi. ”Rasa tanggung jawab dan keinginan memberikan hidup layak untuk mereka lah mengasah pikiran saya. Bisnis apa yang saya harus jalani sungguh-sungguh,” katanya. Keberanian dan kecerdasannya diuji ketika itu. Tanpa bermodal apa pun, tidak hanya materi tetapi juga pengalaman, ia beranikan diri mendatangi manajemen salah satu mall di Batam, menyatakan diri sebagai even organizer dan mengajukan kerjasama membuat even.”Mereka menerima saja mengerjakan itu. Saya pun pusing kerja EO itu seperti apa persisnya, bahkan saya pun tak mengenal pola sponsorship. Dalam pikiran saya bikin kerja, berhasil dan bagi hasil, sudah itu saja,” katanya.

Berhasil mendapatkan hasil kerja ketika itu, membuatnya berputar otak lagi. Tapi, justru bukan bisnis EO melainkan makanan. Kemahiran sang istri membuat kue membuatnya terdorong untuk menjadikannya usaha. Dan kue buatan sang istri itu ditawarkan untuk dipromosikan di kantor temannya. ”Saya minta dia menjualkan di kantornya dan dia dapat fee. Eh, ternyata dapat pesanan 40 kotak ke esokan harinya,” ungkapnya. Uji coba yang berhasil ini membuat naga bisnisnya makin berkobar. Ia pun menerobos beberapa kantor memasarkan kue buatan sang istri. Tawaran-tawaran pun berdatangan. Rupiah-rupiah pun mulai lumayan meskipun belum cukup dijadikan patokan membuka usaha secara menengah.

”Ketika itu saya berpikir usaha harus benar-benar menekuni usaha ini secara baik. Bekal pengalaman usaha saja boleh lah. Tapi saya perlu gemblengan bagaimana mengembangkan usaha secara benar. Sehingga, bisa berkembang secara baik dan usaha saya ini menjadi besar. Saya pun mengikuti berbagai pelatihan yang berkaitan entrepreneur,” katanya. Dengan bekal pengalaman dan pengetahuan ia pun mulai menapakkan brand-nya dengan Cake Pisang Vila, dengan langkah perdana membuka outlet di Muka Kuning tak jauh dari tempat tinggalnya semula. Mau tidak mau, ia pun harus mencari topangan dana, dan lembaga keuangan, yakni bank. ”Jangan pakai sogok, cukup yakinkan bank dengan pembukuan keuangan kita yang terdata jelas. Itu saja kuncinya,” katanya.

Bahkan, ada pula dana kredit usaha rakyat (KUR) yang bisa dimanfaatkan dari bank yang akan memberikan dana modal dua hingga kali lipat aset yang kita punya. Dengan memanfaatkan program ini, ia justru tak hanya mendapatkan modal usaha justru bisa membeli rumah sekaligus. ”Saya cari rumah untuk saya beli, foto kopi surat rumah itu saya bawa ke bank. Lalu saya dapatkan dana modal dua kali lipat harga rumah itu. Separuhnya saya bayarkan untuk beli rumah itu, separuhnya saya gunakan umodal usaha. Mau cari modal malah dapat rumah,” katanya. (sumber : Batam Pos)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar